JAKARTA, Satu memory stick, besarnya tak lebih dari dua kuku jari, didapat seorang wartawan harian terbitan Inggris, Guardian, pada awal tahun ini. Memory stick itu sangat kecil, tapi isinya akan sangat mengejutkan berbagai kantor diplomatik dan, seperti yang disebut seorang pejabat, memberikan "pukulan epik" terhadap diplomasi Amerika Serikat.
Memory stick itu berisi 1,6 gigabita file teks dengan jutaan kata yang memuat lebih dari 250 ribu kawat diplomatik yang dikirim dari dan ke kedutaan-kedutaan AS.
Ada 251.287 dokumen dari 250 lebih kedutaan AS di berbagai penjuru dunia. Dokumen itu mengungkapkan cara Amerika Serikat dalam memperlakukan sekutu maupun musuhnya -- lewat perundingan, tekanan, dan kadang-kadang merendahkan pemimpin asing secara kasar.
Semua itu terungkap dalam dokumen yang masuk klasifikasi rahasia diplomat, bahkan ada yang termasuk tingkat "SECRET NOFORN" (No Foreign National), artinya dokumen yang sampai kapanpun tidak boleh dilihat oleh warga negara non-AS. Noforn masih di bawah tingkat "top secret".
Kawat-kawat diplomatik tersebut berupa analisa politik konvensional, tapi kadang merinci korupsi yang dilakukan pemerintahan tertentu, laporan intelijen tentang pengiriman senjata secara rahasia, perdagangan manusia, dan pemberatan sanksi terhadap Iran dan Libya.
Beberapa kawat diplomatik berdasarkan wawancara dengan pihak lokal tapi lainnya adalah pandangan umum untuk pejabat tinggi departemen luar negeri Amerika Serikat yang berkunjung dan tak tahu banyak situasi setempat.
Kawat-kawat itu rancangannya biasa dibuat duta besar atau bawahannya dan ditujukan hanya untuk pejabat Gedung Putih termasuk Menteri Luar Negeri.
Meskipun isinya sering mengejutkan dan mengusik, kawat-kawat itu sepertinya tak memperkuat teori konspirasi. Materinya tidak mengandung bukti seperti rencana pembunuhan, penyuapan CIA atau perbuatan kriminal seperti skandal Iran-Contra pada masa pemerintahan Ronald Reagan.
Kemungkinan, dokumen "top secret" Amerika Serikat memang tak bisa diakses dari Siprnet, komputer departemen pertahanan.
Militer Amerika Serikat yakin bahwa kebocoran itu berasal dari prajurit Bradley Manning (22), yang kini sudah tujuh bulan mendekam di tahanan. Awal tahun depan dia akan diajukan ke mahkamah militer.
Manning diduga mengunduh tanpa izin materi-materi rahasia saat dia bertugas di pangkalan militer di dekat Baghdad.
Dia diduga tidak saja menyalin arsip departemen luar negeri, dia juga menyalin video helikopter Apache yang menembak mati warga sipil di Baghdad serta menyalin ratusan ribu catatan perang di Afghanistan dan Irak.
Dalam chatlog Manning dengan sesama peretas, dia menulis bahwa hal yang dilakukannya sangat mudah. " Saya masuk dengan CD-RW bertuliskan misalnya "Lady Gaga"..lalu menghapus musiknya kemudian menyalin file-file yang sudah dikompresi. Tak seorangpun curiga."
"Saya mendengarkan musik dan mulutku meniru gerak bibir Lady Gaga dalam lagu Telephone selagi membuat kebocoran data terbesar dalam sejarah Amerika Serikat." Manning punya akses 14 jam sehari, tujuh hari sepekan selama lebih dari delapan bulan terhadap jaringan rahasia tersebut.
"Hillary Clinton dan beberapa ribu diplomat di seluruh dunia akan kena serangan jantung saat mereka bangun di suatu pagi dan tahu seluruh rahasia kebijakan luar negeri ternyata tersedia untuk publik".
Terdapat juga bagian ketika Manning menulis "Anarki di seluruh dunia dalam format CSV...begitu indah dan menyeramkan." Dia juga menulis "informasi harus bebas karena merupakan wilayah publik."
Mannig, dalam chatlog itu mengemukakan dia mengunggah salinan dokumen itu ke WikiLeaks, yang dipimpin bekas peretas, Julian Assange.
Assange yang warga Australia itu, tampaknya tidak langsung menyiarkan dokumen itu ke publik. Mereka menyiarkan dokumen lain terlebih dulu dengan alasan " agar memaksimalkan dampak politis."
Bulan April tahun ini, di Wikileaks menggelar konferensi pers di Washington untuk menyebarkan video pembunuhan oleh helikopter Apache itu.
Pihak Guardian, diwakili Nick Davies, membuat kesepakatan dengan Assange untuk menerima lebih dulu dua set laporan dari lapangan tentang perang di Irak dan Afghanistan. Tujuannya agar para wartawan bisa menganalisa dokumen tersebut.
Guardian bersama-sama New York Times, Der Spiegel (Jerman) kemudian memuat dokumen tentang pasukan koalisi yang membunuh warga sipil dan terlibat penyiksaan tahanan.
WikiLeaks kini berencana untuk mengirim kawat-kawat tertentu hasil seleksi. Di lain pihak tim penulis Guardian telah menghabiskan berbulan-bulan meneliti data tersebut.
Guardian bersama New York Times, Der Spiegel,Le Monde di Paris dan El PaĆs di Madrid akan menerbitkan dokumen tersebut. Sebagai langkah pencegahan, Guardian menyunting informasi yang mungkin memicu pembalasan terhadap orang-orang yang tertentu.(antara)