Itu adalah suatu kelainan di bagian bawah otak yang mengakibatkan posisi otak kecil turun dan keluar dari tengkorak. Kondisi ini membuat bagian otak Rhett yang mengatur emosi, pernapasan, peredaran darah dan rasa kantuk terganggu karena tertekan tulang tengkorak bagian belakang sehingga bocah ini tidak tidur hingga 3 tahun.
Diagnosis itu membuat dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pengangkatan tulang yang menekan bagian otak Rhett. Dengan jaminan keberhasilan hanya 50 persen, operasi pun akhirnya dilakukan di All Children’s Hospital, St. Petersburg pada pertengahan tahun 2008.
Operasi berhasil. Dua hari setelahnya, Rhett akhirnya bisa tidur nyenyak untuk pertama kalinya. "Saya sungguh tak bisa menahan air mata melihatnya bisa tidur pulas semalam suntuk, saya tak percaya bisa menyaksikan ini semua," kata Shannon usai operasi putranya.
Tak hanya memulihkan siklus tidur, operasi itu juga membuat emosi Rhett stabil. Sebelumnya, Rhett tumbuh sebagai anak temperamental. "Selama tiga tahun tidak tidur, Rhett selalu rewel, gelisah, murung, marah, tidak bisa bermain dan berinteraksi dengan orang lain. Bahkan, tak jarang memukuli kami. Sungguh menyedihkan," ujarnya.
Keberhasilan operasi itu adalah buah dari perjuangan Shannon dan David sejak Rhett masih bayi. Pasangan ini mulai menyimak kelainan itu lantaran Rhett tidak pernah memejamkan mata untuk istirahat. Padahal, umumnya bayi lebih banyak tidur daripada terjaga.
Puluhan dokter yang sempat didatangi pasangan itu sebelumnya tidak mampu mendiagnosis penyakitnya dengan benar. Ada dokter yang mengatakan Rhett menderita autis, tapi ada yang membantah diagnosis itu. Tapi, setelah melalui berbagai terapi dan uji medis, penyakit Rhett pun terdeteksi.
sumber