Pernyataan tersebut diungkapkan oleh lembaga konservasi alam dan spesies langka World Wildlife Fund (WWF).
Tahun 2007, sebanyak 6,8 miliar manusia hidup di bumi di mana jumlah tersebut telah melampaui 50% batas normal kehidupan di planet ini.
“Bahkan, dalam proyeksi pertumbuhan penduduk oleh PBB , akibat konsumsi sumber daya alam dan perubahan iklim, tahun 2030 umat manusia membutuhkan kapasitas dua kali bumi untuk dapat menyerap ampas CO2 serta memenuhi kebutuhan masyarakat di seluruh dunia,†ujar WWF.
Jika setiap orang menggunakan sumber daya alam per kapita sama seperti Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab, kesenjangan ekologi akan muncul di setengah warga bumi terkait si miskin dan kaya.
LSM ini juga menekankan bahwa 71 negara mengalami krisis air pada batas yang sangat mengkhawatirkan.
Data ini memiliki implikasi besar bagi kesehatan ekosistem, produksi pangan, serta kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut makin diperburuk oleh perubahan iklim.
Saat ini, pembahasan cara mengatasi kerusakan spesies bumi dilakukan di Konvensi PBB soal keanekaragaman Biologi (Convetion on Biological Diversity / CBD) di Nagoya, Jepang, dari 18-29 Oktober.
Pertemuan ini membahas cara pengurangan secara signifikan laju musnahnya satwa liar.
Ahli biologi memperkirakan banyak spesies, khususnya mamalia, burung dan amfibi berada di ambang kemusnahan akibat perubahan iklim.
Di daerah tropis misalnya, penurunan spesies hingga 60% berbanding dengan daerah iklim sedang yang mencapai 30%.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah perbaikan dalam pengendalian pencemaran dan pengelolaan limbah, perbaikan kualitas air dan udara, serta peningkatan konservasi hutan.[ito]