Cara pemeriksaan fakta ini gampang. Dalam demografi, ada yang namanya HSR (Human Sex Ratio). HSR adalah ukuran perbandingan antara laki-laki dan perempuan. Jika HSR = 1, maka jumlah laki-laki dan perempuan sama. Jika HSR kurang dari 1, maka lebih banyak perempuan, sebaliknya jika HSR lebih dari 1, maka lebih banyak laki-laki.
Ambil contoh, di rumah saya ada 1 orang laki-laki dan 10 perempuan. Ini berarti HSR di rumah saya adalah 1/10 = 0.1. Gampang kan?
Nah untuk memeriksa di tingkat dunia, para ilmuan sudah menghitung. Ternyata HSR dunia adalah 1.05. Rasio ini memang hampir 1:1 tapi jelas lebih banyak laki-laki dari perempuan. Tabel berikut menunjukkan populasi Indonesia, China (negara paling ramai) dan Dunia untuk tahun 2009
Daerah | Saat lahir | Dibawah 15 tahun | 15 – 64 tahun | Diatas 64 tahun | Total |
Indonesia | 1.05 | 1.03 | 1.01 | 0.8 | 1 |
China | 1.19 | 1.17 | 1.06 | 0.93 | 1.06 |
Dunia | 1.07 | 1.06 | 1.02 | 0.78 | 1.01 |
Sumber : “Sex Ratio“. The World Factbook. CIA. Accessed 23 September 2009.
Menariknya, tabel di atas dapat pula digunakan untuk melihat trend. Orang berusia diatas 64 tahun berarti lahir lebih dulu dari orang berusia di bawah 15 tahun. Karenanya HSR mereka merupakan cerminan populasi di masa lalu.
Untuk Indonesia, ternyata perempuan lebih banyak dari laki-laki di masa 64 tahun yang lalu ke bawah. Itu berarti sekitar tahun 1945 dan sebelumnya. Saat itu sedang perang, jadi cukup wajar bila laki-laki lebih sedikit, mereka gugur sebagai pahlawan bangsa. Tapi bisa saja ini disebabkan oleh perempuan memang cenderung berumur panjang daripada laki-laki, hingga sekarang lebih banyak nenek dari kakek.
Well, apapun itu, kita tidak melihat adanya penurunan HSR. HSR yang menurun berarti semakin banyak perempuan lahir ketimbang laki-laki. Tapi tidak demikian. Untuk orang usia 15 – 64 tahun, HSR melonjak dari 0.8 menjadi 1.01 dan terus meningkat. Hasilnya, semakin hari semakin banyak laki-laki di Indonesia! dan Dunia!
Populasi di benua Asia juga di dominasi laki-laki. Para ilmuan menyebut fenomena ini maskulinisasi Asia. Sebagai contoh di China, walaupun terdapat kritik atas metode pengumpulan data yang tidak teliti, diduga terdapat 24 juta laki-laki diramalkan akan menjadi single seumur hidup, karena tingginya HSR di Negara Ini. Dan pemegang Rekor daerah dengan HSR tertinggi di dunia adalah negara-negara Timur Tengah. Arab Saudi memiliki HSR hingga 1.18.
Mengapa Timur Tengah memiliki HSR yang sangat tinggi? Kristof dan WuDunn menjelaskan kalau wanita di daerah ini, terutama wanita miskin, hidup paling menderita. Di beberapa negara di Asia, Timur Tengah dan Afrika, mereka di perkosa beramai-ramai jika keluar rumah, dijual di tempat pelacuran atau dinikahi sejak usia anak-anak. Mereka dilempari batu hingga mati di Timur Tengah untuk menyelamatkan harga diri keluarga dan di India mereka dapat dikubur hidup-hidup karena pertengkaran mahar. Asam dilemparkan ke wajah mereka; kelamin mereka dilukai dan di sobek karena kelahiran anak yang tidak di inginkan. Horor inilah yang menyebabkan lebih banyak laki-laki di negara miskin dan terbelakang tersebut.
Saya mulai curiga kalau asosiasi kiamat dengan jumlah wanita yang bertambah banyak menyiratkan kalau wanita adalah sebuah aib, sama halnya dengan meningkatnya kejahatan dan bencana sebagai tanda kiamat. Walau begitu, Edward de Bono memprediksikan kalau tahun 3000 nanti, laki-laki akan punah. Hal ini karena teknologi modern telah membuat perempuan tidak lagi membutuhkan laki-laki sebagai partner reproduktif, dan laki-laki adalah jenis kelamin yang agresif yang terbukti dengan jelas dalam sejarah spesies ini.
Asia Tenggara merupakan satu-satunya daerah di Asia yang didominasi perempuan. Selain di Asia Tenggara, dominasi wanita juga paling kuat di Eropa. Hal ini sebenarnya cukup menggembirakan bila kita melihat pada hasil penelitian Kristof dan WuDunn di atas. Paling tidak Asia Tenggara mulai menghargai sesama manusia, dan begitu juga Indonesia, lewat kebijakan Pengarusutamaan Gender.
Kelebihan jumlah perempuan saat lahir kemungkinan besar di sebabkan oleh peperangan. Dalam sejarah, terdapat kelebihan jumlah perempuan dalam masa Perang Dunia I dan Perang Dunia II, khususnya di Eropa dan Uni Soviet. Faktor lain diduga adalah virus Hepatitis B yang tampaknya mampu membuat HSR menurun. Ibu yang terinfeksi Hepatitis B lebih cenderung melahirkan perempuan ketimbang laki-laki.
Sementara itu, kelebihan jumlah laki-laki disebabkan terutama oleh aborsi dan pembunuhan bayi berbasis gender. Kebijakan pemerintah juga dapat menyebabkan hal ini (kelebihan laki-laki sebagai akibat kebijakan satu anak di China dan India). Imigrasi berskala besar oleh laki-laki membuat laki-laki lebih banyak pula. Sebagai contoh urbanisasi di Jakarta, umumnya laki-laki yang pergi ke kota besar dan meninggalkan anak istrinya di desa. Hal yang sama terjadi di tingkat negara, seperti di Qatar dan Negara Teluk lainnya. Akibat dari ketidak seimbangan gender adalah ancaman keresahan sosial, khususnya dalam kasus berlebihnya jumlah laki-laki muda yang tidak mampu menemukan pacar karena miskin.
Hewan lainnya
Istilah jenis kelamin perempuan dan laki-laki atau lainnya (tumbuhan ada yang memiliki lebih dari dua jenis kelamin) merujuk pada perkembang biakan kawin. Pada bakteri dan hewan tingkat rendah, tidak ada laki-laki dan perempuan, karena mereka berkembang biak secara vegetatif. Laki-laki ditentukan berdasarkan produksi gamet bergerak, sementara itu perempuan berdasarkan produksi gamet tidak bergerak.
Umumnya pada hewan, rasio jenis kelamin adalah 1. Jumlah jantan seimbang dengan betina. Infeksi bakteri wolbachia pada arhtropoda hanya membunuh jantan. Rasio jenis kelamin kopepod pelagis juga umumnya di dominasi betina. Perbedaan paling jelas untuk melihat rasio jenis kelamin terletak pada tingkat familia. Dalam familia dimana betina harus kawin dengan banyak jantan untuk tetap menghasilkan telur, rasionya cenderung di sekitar 1. Pada familia dimana betina dapat menghasilkan terus menerus hanya setelah satu kali perkawinan, akan lahir lebih banyak betina.
Kesimpulan
Jadi Kenapa semakin lama semakin banyak perempuan? Tidak. Semakin lama semakin banyak laki-laki. Itulah faktanya. Tapi mungkin saja teman saya tinggal di daerah perang atau wabah Hepatitis B. Lagipula kami kontak hanya lewat internet koq.
Referensi
1. Davis DL, Gottlieb MB, Stampnitzky JR (April 1998). “Reduced ratio of male to female births in several industrial countries: a sentinel health indicator?”. JAMA 279(13): 1018–23
2. Valerie M. Hudson, V.M dan den Boer, A.M (2004) Bare Branches: The Security Implications of Asia’s Surplus Male Population
3. Wikipedia. 2010. Human sex ratio
4. Christophe Z Guilmoto, 2007. Sex-ratio imbalance in Asia: Trends, consequences and policy responses
5. Carolyn. September 11, 2009. They Can Do It: The Third World’s Untapped Power. The Washington Post book review in “Book World.”
6. Kristof, N., WuDunn, S. 2009. Half the Sky: Turning Oppression into Opportunities for Women Worldwide. Knopf
7. Guangyu Zhang, “Very Low Fertility in China in the 1990s: Reality or An Illusion Arising from Birth Underreporting?,” Paper presented at the annual meeting of the Population Association of America, April 2004.
8. Wikipedia. 2010. Sex ratio
9. Wikipedia. 2010. Male
10. Kiørboe, T. 2006. Sex, sex-ratios, and the dynamics of pelagic copepod populations. Oecologia 148(1):40-50
11. “Sex Ratio“. The World Factbook. CIA. Accessed 23 September 2009.
12. Wikipedia. 2010. List of countries by sex ratio