Meskipun kedengarannya mirip dengan Festival sain fermin di Spanyol ,namun oleh raga ini sangat berbeda. Dalam Jallikattu, banteng tidak dibunuh dan 'matadors' tidak menggunakan senjata apapun. yang harus dilakukan Para peserta (pejuang)adalah menerkam banteng yang tengah berlari, mencoba untuk berpegang pada punuknya dan bergerak bersama dengan sang banteng tanpa jatuh atau terluka. Hal ini membutuhkan refleks cepat dan kaki yang lincah untuk menjinakkan sapi jantan yang umumnya liar dan bandel, sapi jantan ini akan selalu mencoba melarikan diri, mengibaskan dan menjatuhkan peserta dari punggungnya,dan kadang kala juga sempat menanduk peserta sampai mati !.
Cedera dan kematian sangat sering terjadi di even Jallikattu. Pada tahun 2004, setidaknya 5 orang dilaporkan tewas dan ratusan terluka dari berbagai desa. lebih dari 200 orang telah meninggal selama dua dekade terakhir. Anehnya, si sapi jantan jarang menjadi korban.
Tapi aktivis hak hewan melihat sapi jantan sebagai umpan dan olahraga ini hanya menampilkan kekejaman. Sapi jantan ,dalam even ini sering diolesi balsem di mata mereka, di testis nya juga kadang dijepit, semua usaha itu dilakukan agar sapi menjadi "GILA". Penduduk desa melemparkan diri mereka di atas hewan yang ketakutan dalam upaya untuk "menjinakkan" mereka dan mengklaim hadiah. Meskipun sapi banteng tidak dibunuh sebagai bagian dari olahraga, mereka sering berakhir di rumah potong hewan sebagai daging.
Sejarah Jallikattu dapat ditelusuri kembali ke Peradaban Lembah Indus, lebih dari 5000 tahun yang lalu, membuatnya menjadi salah satu tradisi tertua di dunia. Sebuah segel terawat ditemukan di Mohenjodaro di tahun 1930-an yang menggambarkan praktek umum pertempuran massal dengan banteng selama Peradaban Lembah Indus
Referensi sejarah menunjukkan bahwa 'jallikattu,' dikenal di zaman kuno sebagai "Yeru thazhuvuthal, 'sangat populer di kalangan prajurit selama periode klasik Tamil. 'Jallikattu,' Istilah berasal dari Tamil istilah 'Salli kaasu' (koin) dan 'kattu' (paket) terikat pada tanduk sapi jantan sebagai uang hadiah. Kemudian, pada masa kolonial, istilah ini berubah menjadi 'jallikattu.'
Photo: Babu / Reuters |
Photo: Babu / Reuters |
Photo: Babu / Reuters |
credit : 1, 2, 3