1. Muammar Khadafi (Libya)
Kolonel Muammar Khadafi memerintah Libya selama 42 tahun. Dia mengambil alih kekuasaan saat masih berpangkat Kapten dan berusia 27 tahun pada tahun 1969. Khadafi digulingkan dari kekuasaannya dan ditembak mati pasukan revolusi yang dibantu NATO tanggal 20 Oktober lalu.
2. Saddam Husein (Irak)
Saddam Husein memimpin Irak sejak tahun 1979. Dia menghadapi AS dan sekutunya dalam dua kali perang. Pada perang teluk kedua tahun 2003, AS dan sekutunya menyerang Irak dengan tuduhan Saddam mengembangkan senjata biologi. Saddam berhasil ditangkap pasukan AS dan dinyatakan bersalah atau kejahatan kemanusiaan. Dia dijatuhi hukuman gantung tahun 2006.
3. Adolf Hitler (Jerman)
Diktator Jerman sekaligus pemimpin Nazi ini mengobarkan perang dunia kedua di seluruh Eropa. Mimpinya mengembalikan kejayaan ras arya membuat dia membunuh jutaan Yahudi. Hitler akhirnya dikalahkan pasukan sekutu. Saat sekutu mencapai Jerman, dia bunuh diri dalam bunkernya.
4. Benito Mussolini (Italia)
Mussolini adalah seorang fasis yang memimpin Italia. Dia mulai berkuasa saat terpilih sebagai perdana menteri tahun 1922. Saat Italia dikuasai Sekutu, Hitler yang menjadi sekutunya mengirimkan pasukan komando Jerman untuk membebaskan Mussolini dari tahanan Sekutu. Nasib Mussolini berakhir tragis, dia ditangkap simpatisan komunis dan dibunuh di Danau Como, Italia. Mayatnya kemudian digantung terbalik di Piazzale Loreto, Milan.
5. Pol Pot (Kamboja)
Hanya 4 tahun Pol Pot dan Khmer Merah memerintah Kamboja. Tapi selama kurun waktu 1975-1979, tidak kurang dari 1,7 juta rakyat Kamboja dibantai. Pol Pot yang dipanggil ‘saudara nomor satu’ ini membuat Kamboja menjadi ladang pembantaian. Invasi Vietnam ke Kamboja tahun 1978 membuat Pol Pot terdesak dari Phnom Penh. Dia melanjutkan pemerintahannya dari hutan. Sebelum akhirnya persembunyiannya dibocorkan anak buahnya sendiri. Pol Pot tewas saat menjalani tahanan rumah tanggal 15 April 1998.
6. Idi Amin (Uganda)
Idi Amin memerintah Uganda selama 8 tahun, dari 1971 hingga 1979. Amin yang menjadi perwira militer ini merebut kekuasaan dari Perdana Menteri Milton Obote. Selama pemerintahannya, Idi Amin mengusir ribuan orang India berkewarganegaraan Inggris dari Uganda. Dia juga diduga melakukan banyak pembunuhan pada lawan-lawannya. Di masa Idi Amin pula ekonomi Uganda morat-marit. Akhirnya pejuang Uganda yang dibantu tentara Tanzania berhasil menggulingkan Idi Amin. Dia kemudian lari ke Libya dan ditampung sahabatnya Muammar Khadafi. Amin akhirnya pindah ke Arab Saudi hingga meninggal di sana tahun 2003.
7. Mobutu Sese Seko (Kongo)
Jenderal Mobutu Sese Seko menjadi Presiden di Kongo sejak tahun 1965 hingga 1967, setelah melakukan kudeta. Dia selalu tampil dengan kopiah bercorak macat tutulnya yang khas. Selama memerintah, Mobutu diduga melakukan banyak pelanggaran HAM. Korupsi merajalela di negara ini. Kekuasaan Mobutu berakhir setelah pasukan Laurent Kabila mengalahkannya. Mobutu kemudian lari ke Maroko dan tewas karena kanker prostat tidak lama setelahnya.
8. Nicolae Ceausescu (Rumania)
Nicolae Ceausescu memerintah Rumania selama 24 tahun. Di era kepemimpinannya, dibentuk polisi rahasia blok timur yang kejam. Selain itu diktator Rumania ini membawa Rumania sebagai satu-satunya negara di Eropa yang mengalami kelaparan dan kekurangan gizi. Dia memerintah dari 1967 hingga 1989, dia juga ketua partai komunis Rumania. Ceausescu akhirnya divonis bersalah atas kejahatan genosida dan ditembak mati di depan regu tembak.
9. Slobodon Milosevic (Serbia)
Slobodan Milosevic akan selalu diingat karena kejahatan perang Serbia-Bosnia. Dalam perang 1992-1995, itu, Milosevic dan pasukan Serbia membantai ribuan penduduk Muslim Bosnia. Dia kemudian diadili sebagai penjahat perang. Dia meninggal dalam selnya tahun 2006. Sementara pengadilan internasional masih mencari sisa pengikut Milosevic yang terlibat aksi genosida pada perang Bosnia.
10. Jean-Claude Duvalier (Haiti)
Jean-Claude Duvalier sering dipanggil ‘baby doc’. Sampai saat ini, mungkin dialah orang termuda yang menjadi presiden. Pada tahun 1971, Duvalier baru berusia 19 tahun saat menggantikan ayahnya yang tewas sebagai presiden. Dia segera menjadi otoriter dan mengakibatkan kelaparan dan resesi ekonomi di Haiti. Tahun 1986, karena terdesak keadaan Duvalier melarikan diri ke Perancis. Tahun 2011 saat Haiti dilanda gempa bumi dan krisis politik.
11. Ferdinand Marcos (Filipina)
Siapa yang tak kenal nama Ferdinand Marcos yang terpilih sebagai Presiden Filipina pada tahun 1964. Selama dua dekade masa pemerintahannya, Marcos Selalu menggaungkan ancaman komunis revolusioner, dan menggunakannya untuk membenarkan aksinya mematikan media dan menangkap beberapa lawan politiknya. Di masa kepemimpinan Marcos, kronisme dan korupsi meluas. Miliaran uang negara disedot ke rekening pribadi Marcos di Swiss.
Pada tahun 1986, Marcos kembali terpilih menjadi Presiden Filipina. Namun pemilu yang diduga dipenuhi kecurangan, intimidasi dan kekerasan ini menjadi titik klimaks bagi dirinya. Marcos akhirnya diturunkan dari jabatannya dalam Revolusi EDSA pada tahun yang sama. Bersama istrinya, Imelda, Marcos melarikan diri dari Filipina. Marcos meninggal di pengasingannya di Hawaii pada tahun 1989.
12. Husni Mubarak(Mesir)
Husni Mubarak yang merupakan mantan Komandan Angkatan Udara Mesir ini, memulai karir politiknya pada 1975 sebagai Wakil Presiden. Mubarak menjabat sebagai Presiden Mesir selama 3 dekade sejak tahun 1981. Di bawah kepemimpinan Mubarak, Mesir menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat. Bantuan miliaran dolar AS berhasil didapatkannya dalam rangka menjaga dukungan untuk Israel dan membasmi politik Islam. Namun, pada 11 Februari 2011, Mubarak yang berusia 83 tahun ini akhirnya mengundurkan diri dari kursinya sebagai presiden menyusul aksi unjuk rasa besar-besaran oleh rakyat Mesir selama 18 hari di awal 2011 yang menewaskan 850 orang.
13. Fulgencio Batista (Kuba)
Fulgencio Batista yang menjabat Presiden Kuba selama 2 dekade ini dikenal sebagai pemimpin diktator yang brutal yang memimpin Kuba sejak 1933. Pada tahun 1944, masa jabatannya berakhir dan Batista pun meninggalkan Kuba. Namun, 8 tahun kemudian, Batista melancarkan aksi kudeta dan berhasil memimpin kembali Kuba. Hampir semua sektor pemerintah dikontrol secara otoriter oleh Batista. Mulai dari ekonomi, kongres, pendidikan, hingga media. Selain itu, Batista juga memperkaya dirinya sendiri dengan uang negara. Batista berhasil dilengserkan dari jabatannya pada tahun 1959, melalui Revolusi Kuba yang dipimpin oleh Fidel Castro. Setelah itu, Batista diketahui kabur ke luar negeri dan berpindah-pindah tempat tinggal, hingga akhirnya meninggal pada 1973 di Guadalamina, Spanyol.
14. Antonio Salazar
Nama Antonio Salazar dinilai menjadi salah satu pemimpin paling otoriter di Benua Eropa. Salazar memimpin Portugal sejak 1932 hingga 1968. Bentuk pemerintahan Salazar disebut nasionalis konservatif, atau sebagian orang menyebutnya fasis. Salazar memegang teguh visi anakronistik, yakni bahwa Portugal masih memiliki kekuatan kekaisaran dan berhak menginvasi koloni-koloninya di selatan Afrika. Rezim Salazar dijuluki ‘Estado Novo’ atau negara baru, yang membanggakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, namun masih sarat dengan penindasan. Pada tahun 1960-an, muncul pemberontakan besar-besaran terhadap rezim Salazar di Mozambik dan Angola. Saat menderita pendarahan otak pada tahun 1968, Salazar dilengserkan dari kekuasaannya secara diam-diam. Dan tahun 1974, Revolusi Bunga menandai berakhirnya rezim Salazar.
15. Alfredo Stroessner (Paraguay)
Alfredo Stroessner menjadi diktator yang memimpin Paraguay nyaris selama 4 dekade sejak tahun 1954. Rezim Stroessner diwarnai oleh aksi penyiksaan, penculikan dan brutalitas polisi. Stroessner akhirnya berhasil digulingkan pada 1989 oleh para jenderal dalam rezimnya yang khawatir Stroessner mengembleng anaknya, yang pecandu kokain, sebagai penggantinya. Stroessner diketahui meninggal dalam pengasingannya di Brazil pada tahun 2006. Majalah TIME pernah menulis rezim Stroessner merupakan rezim yang bertahan paling lama di antara para diktator lain di negara barat. Rezim Stroessner berada sedikit di belakang rezim diktator Korea Utara, Kim Il Sung
http://www.detik.com/