Kursi listrik yang dimaksud disini adalah kursi yang terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan peralatan yang bisa mengalirkan listrik dengan maksud untuk mengeksekusi terpidana mati. Penggunaan kursi listrik untuk eksekusi mati berasal dari amerika serikat, merupakan satu-satunya negara yang menggunakan metode ini (pilipina pernah menggunakan kursi listrik ini dari tahun 1924 sampai 1976) dan sampai tahun 2008 masih digunakan sebagai opsi (pilihan) metode hukuman mati di beberapa negara bagian as seperti alabama, florida, south carolina, kentucky, tennnesee dan virginia.
Pertama kali kursi listrik digunakan untuk mengeksekusi mati seorang terpidana mati laki-laki bernama william kemmler pada tahun 1890 di penjara new york, amerika serikat. Wanita pertama yang menjalankan hukuman mati dengan kursi listrik adalah martha m. Place yang diekskusi di penjara “sing sing”, as, pada tahun 1899.
Menjelang eksekusi mati di kursi listrik, biasanya terpidana mati terlebih dahulu rambut bagian kepala dan kaki dicukur gundul. Kadang-kadang alis mata dan janggut juga dicukur untuk mengurangi resiko terbakar akibat sengatan listrik.
Setelah didudukkan di kursi listrik, bagian dada, pinggang, kakinya diikat ke kursi dengan ikat pinggang. Kepalanya diberi spon (sponge) yang dibasahi cairan garam untuk mempermudah mengalirkan arus listrik. Kepalanya kemudian diberi penutup berbentuk bulat terbuat dari logam listrik (elektrode), alat penghantar listrik. Lalu bagian kaki yang sudah dicukur, ditempeli elektrode berbentuk gel untuk mempercepat sirkulasi listrik ke tubuh pesakitan. Lalu kedua matanya ditutup.
Setelah team pengamat eksekusi berada di lokasi eksekusi, maka dimulailah detik-detik yang menegangkan, yaitu saatnya mengalirkan arus listrik yang berkekuatan hingga 2.000 volt bahkan sampai 2.450 volt, dengan cara menarik tombol listrik. Dalam waktu 15 sampai 30 detik biasanya jantung pesakitan berhenti berdetak akibat hentakan listrik yang berkekuatan sampai 2.000 volt tersebut. Temperatur tubuh korban dapat meningkat sampai 59 derajad Celcius yang umumnya bisa mengakibatkan merusak organ-organ dalam tubuh.
Setelah aliran litrik dihentikan (penyaluran listrik 15 – 30 detik) dan suhu pesakitan mulai mendingin, maka dokter mulai memeriksa jantung sang terpidana mati tersebut, apakah jantungnya sudah tidak berdenyut lagi alias telah tercabut nyawanya. Jika belum tuntas mati, maka hentakan listrik diberikan lagi, diulang sampai betul-betul detak jantungnya berhenti total !
Sering kali terlihat tangan sang korban mencengkeram lengan kursi waktu hentakan-hentakan listrik mengalir di tubuhnya, dan setelah itu tercium bau daging terbakar. Kelihatannya memang mengenaskan, tapi itulah harga yang ia harus bayar untuk menebus perbuatan kejahatannya.
Ruth Snyder
Dalam sejarah eksekusi mati memakai kursi listrik di AS, ada beberapa kejadian yang menghebohkan masyarakat dunia. Seorang ibu rumah tangga bernama Ruth Snyder (yang dijatuhi hukuman mati karena membunuh suaminya) ketika sedang menjalani eksekusi di kursi listrik di penjara Sing Sing, AS, pada tahun 1928, seorang reporter surat kabar sempat secara tersembunyi mengabadikan peristiwa itu dengan alat kamera yang ia selundupkan di ruangan eksekusi. Kemudian esok harinya hasil fotonya dimuat di surat kabar yang akhirnya membuat foto tersebut menjadi terkenal di seluruh dunia saat itu.
Pedro Medina
Yang juga cukup menggemparkan adalah ketika Pedro Medina dieksekusi di kursi listrik, kepalanya terbakar sehingga menimbulkan polemik pro kontra soal penggunaan kursi listrik untuk melaksanakan hukuman mati.
Karena alasan kurang manusiawi itulah, maka akhirnya penggunaan kursi listrik di banyak negara bagian di AS sekarang (2008) sudah ditiadakan (kecuali di beberapa negara bagian seperti Alabama, Florida, South Carolina, Kentucky, Tennnesee dan Virginia). Sebagai gantinya di gunakan metode “suntik mati”. Penerapan suntik mati pertama kali dilakukan di negara bagian Oklahoma pada tahun 1977.