Pembunuhan tentara tersebut datang di tengah-tengah lebih banyak laporan tentang pembangkangan di antara para tentara dan pangkat angkatan darat yang telah menolak untuk mematuhi perintah oleh penguasa Libya, Moammar Gaddafi, untuk menembak para pemrotes damai.
IFHR mengatakan bahwa tindakan brutal pada para pemrotes di Libya terebut adalah "kejahatan yang melanggar kemanusiaan yang harus dirujuk pada Pengadilan Internasional," DPA memberitakan pada Rabu (23/2) waktu setempat.
Sumber-sumber medis mengatakan pada kelompok hak asasi manusia tersebut bahwa mereka telah melihat tempat kejadian pembunuhan masal tersebut di Benghazi, di mana banyak rumah sakit masih tetap dipenuhi dengan mayat-mayat dan orang-orang yang terluka dalam serangan oleh para loyalis Gaddafi.Persatuan Afrika (African Union –AU) juga mengecam tindakan brutal pada warga sipil di Libya, meminta untuk mengakhiri penindasan para pemrotes pro-demokrasi.
Badan Afrika tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu (23/2) bahwa pihaknya "mengutuk penggunaan pasukan yang tidak sepadan terhadap para penduduk sipil dan sangat menyesalkan begitu banyak nyawa yang dikorbankan sejauh ini," kantor berita AFP memberitakan.
Pimpinan Komisi AU, Jean Ping, mengikuti krisis di Libya "dengan kekhawatiran yang besar" dan membuat upaya melalui komunikasi dengan otoritas Libya untuk menghentikan pertumpahan darah tersebut.Sementara itu, ratusan pemrotes tewas telah dimakamkan di pemakaman masal di sebuah pantai di dekat ibukota Tripoli, laporan tersebut memberitakan.
Sedikitnya 1.000 orang telah dilaporkan kehilangan nyawa mereka dalam tindakan keras pasukan keamanan pada warga sipil sejak pekan lalu, sementara Gaddafi telah bersumpah untuk tidak menunduk pada seruan populer yang memintanya untuk mengakhiri masa kekuasaan empat dekadenya, dan mengancam untuk menghancurkan semua para pemrotes pro-demokrasi.
Pasukan keamanan menggunakan senjata mesin kelas berat pada Rabu (23/2) untuk menghentikan kerumunan pemrotes.Bagaimanapun juga, lebih banyak lagi kota termasuk Tajuraa, Zwaara, Azzawiya, Benghazi, Derna dan Tobruk, jatuh dari kendali pasukan pemerintah.
Libya telah memperketat larangannya dengan meluncurkan sebuah penggeledahan dari pintu ke pintu untuk para pemrotes oposisi, laporan mengatakan.