Tan Malaka Lebih Hebat dari Soekarno-Hatta
Jakarta, Pelita
Politisi Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) Roy BB Janis menilai Tan Malaka adalah sosok yang lebih hebat dari Soekarno dan Hatta. Namun kepiawaian Tan Malaka tidak berada di era yang tepat atau telah melewati masanya.
Ketidaktepatan waktu itu menyebabkan Tan Malaka tidak menjadi sosok yang diagung-agungkan dan berhasil memimpin bangsa Indonesia, kata Roy dalam acara bedah buku auto biografi Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi yang ditulis Harry A Poeze seorang warga negara Belanda, Kamis (4/11) di press room Gedung DPR RI.
Roy Janis yang sekarang menjabat Ketua Plh. Pimpinan Kolektif Nasional (PKN) PDP itu mengungkapkan banyak orang pintar di Indonesia, tapi karena tidak berada dalam era yang tepat, maka orang pintar itu tidak akan berhasil. Sehebat apapun Tan Malaka, kalau bukan masanya, dia tak akan berhasil, ujarnya.
Namun sambung mantan anggota DPR itu, karena Tan Malaka tidak berada pada zamannya, maka kehebatannya itu hanya bisa sampai pada tahap mengawal Republik Indonesia dan karena puncak kehebatannya itu tidak pada saat yang tepat, maka nasibnya pun berakhir dengan kurang bagus, dieksekusi, tutur Roy Janis.
Misterius dikalahkan
Sementara Harry A Poeze selaku penulis menuturkan, Tan Malaka layak diberikan gelar sebagai pahlawan nasional. Sebab dari 120 daftar pahlawan nasional yang beredar dalam buku sekolah nasional pasca Orde Baru Indonesia, hingga kini belum ada nama Tan Malaka.
Padahal jika dibandingkan dengan pahlawan nasional lainnya, Harry menilai Tan Malaka melakukan perjuangan lintas bangsa dan benua dengan keberhasilannya mempengaruhi sejarah Indonesia.
Pengangkatan Tan Malaka sebagai pahlawan nasional sudah benar dan posisinya sudah pas. Sebab dari 120 nama pahlawan nasional di buku sejarah nasinal tak ada nama Tan Malaka, ujar Harry lagi.
Dia menyayangkan perjuangan politik Tan Malaka yang dinilai tanpa pamrih itu, hingga kini belum diketahui kepastian lokasi pusaranya. Kepastian makam Tan Malaka masih menanti uji Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) kerangka Tan Malaka yang ditemukan di Kediri, Jawa Timur.
Sedang dalam bukunya setebal 343 halaman itu, Harry mengatakan motivasinya menulis buku Tan Malaka hingga kali ketiga itu dilatari oleh sosok Tan Malaka sebagai petualang yang misterius, melawan kolonialisme. Harry mengaku tak memiliki hubungan nenek moyang dengan siapapun, yang memudahkan dirinya menulis secara obyektif.
Saya tertarik untuk riset dan menulis Tan Malaka, di samping tertarik
sejarah Indonesia, karena Tan Malaka waktu itu adalah orang muda, yang memiliki peranan besar tapi selalu dikalahkan dan selalu menghilang, ujar Harry yang memiliki dua anak, satu cucu dan menantu dari Surabaya itu.
Atas latar belakang tersebut, Harry mengaku secara humanis tergerak atau terinspirasi menulis sejarah hidup dan politik Tan Malaka yang selalu dikalahkan dalam petualangannya.
Tanpa intervensi negara Belanda dan Indonesia, Harry yang fasih berbahasa Indonesia dan lahir di Lappersum, Belanda 20 Oktober 1947 itu merasa lebih objektif menuliskan Tan Malaka yang selalu menekankan Islam sebagai kekuatan revolusioner di Indonesia.
Karena itu harus ada kekuatan kiri Islam, ujar pria lulusan Fakultas Ilmu Sosial dari Universitas Amsterdam tahun 1972 itu. Setelah sukses menulis autobiografi Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi sebanyak dua jilid, Harry A Poeze Ph.D kembali menuliskan buku Tan Malaka (1894-1949) jilid III. (kh)
http://www.harianpelita.com/read/8067/1/politik-&-keamanan/tan-malaka-lebih-hebat-dari-soekarno_hatta/