Obama memang sangat fenomenal. Selain menjadi kulit hitam pertama yang menjadi presiden di negeri yang sangat rasial, Obama juga berhasil menciptakan "janji surga" untuk mengeluarkan rakyat amerika serikat dari krisis ekonomi dan kebijakan perang di berbagai belahan dunia.
Terhadap dunia ketiga, terutama terhadap halaman belakangnya—amerika latin—dan negeri-negeri islam, Obama menjanjikan penataan ulang bentuk hubungan yang lebih baik dan egaliter.
Sayang sekali, sejak dilantik awal Januari 2009 hingga sekarang ini, Obama telah gagal memenuhi janji-janji itu. Pengangguran misalnya, isu yang paling sensitif dalam pemilu kemarin, telah meningkat menjadi 9,5% pada bulan Juni-Juli tahun ini. Angka kemiskinan juga telah meningkat, yaitu 40 juta orang, yang berarti satu dari tujuh orang masuk dalam kategori ini, dan merupakan angka tertinggi dalam 51 tahun terakhir.
Kesalahan terbesar Obama, mengutip pendapat pemenang Nobel Joseph Stiglitz, adalah terlalu pelit dalam mengeluarkan paket stimulus untuk mendorong ekonomi real dan tidak dirancang dengan baik. Obama juga masih mewarisi Bush, yaitu dengan terus-menerus menyantuni bankir-bankir super-kaya di Wall Street dan mempertahankan keistimewaan mereka.
Maklum, seperti dikatakan Michael Chossudovsky, pemerintahan Obama sangat dikendalikan oleh elit dan korporat perbankan. Mereka-lah yang sangat menentukan komposisi Kabinet Obama.
Terhadap dunia ketiga, khususnya Amerika Latin, Obama tidak memperlihatkan perbedaan jelas dengan Bush. Obama tidak bisa menghapus jejak kaki amerika dalam upaya destabilisasi (penggulingan) rejim kiri di Amerika latin, seperti kasus Manuel Zelaya di Honduras dan Rafael Correa di Ekuador baru-baru ini.
Obama juga tidak serius memenuhi janjinya mengakhiri invasi sangat keji di Irak dan Afghanistan. Bahkan, kini Obama mempersiapkan perang baru untuk mencaplok Iran. Obama juga tidak tegas untuk menekan Israel guna mengakhiri blockadeterhadap Gaza dan menghentikan pembangunan pemukiman di wilayah Palestina.
Meskipun begitu, bukan berarti bahwa Partai Republik telah menjadi pahlawan, apalagi memenangkan pemilu 2 November lalu. Partai Rebublik, yang didalamnya tergabung gerakan fasis "Tea Party, adalah jauh lebih buruk dan reaksioner dari Partai demokrat. Tapi apa boleh buat, sistim two-party system telah memaksa rakyat Amerika untuk "memilih yang terbaik dari yang terburuk".
Lantas, apa kepentingan "bekas anak menteng" ini di Indonesia? Sejak revolusi agustus 1945 hingga sekarang ini, AS tetap memandang Indonesia sebagai "permata asia" yang tidak bisa dilepaskan kepada siapapun.
Ada beberapa kepentingan Imperialisme AS terhadap Indonesia: pertama, Indonesia merupakan sekutu paling penting AS untuk mempertahankan peran hegemoniknya di Asia tenggara dan mengisolasi "perkembangan tak diinginkan" atas Tiongkok di kawasan Asia Timur.
Kedua, Peran hegemonik AS di Asia tenggara juga penting untuk memastikan atau mengamankan kontrolnya terhadap jalur-jalur perdagangan (selat malaka, sunda, Lombok, Makassar, dan laut Cina selatan—jalur perdagangan sangat penting di dunia).
Ketiga, menjaga kepentingan perdagangan dan investasi, mengingat bahwa Indonesia merupakan daerah yang kaya dengan sumber daya, tenaga kerja, dan potensi pasar yang sangat besar. Ingat! Exxon Mobile, salah satu perusahaan yang sudah cukup lama menguras minyak bumi Indonesia, adalah juga donatur Obama.
Terkait komitmen Obama mengenai penyelesaian masalah HAM di Indonesia, inipun harus diuji kebenarannya. Pasalnya, sejak bulan juli lalu, Menteri Pertahanan Amerika Robert Gates secara resmi telah mengukuhkan normalisasi hubungan militer dua negara melalui kunjungan diam-diam di Jakarta.
Obama juga harus meminta maaf atas nama bangsanya terkait keterlibatan AS dalam penggulingan pemerintahan Bung Karno dan pembantaian massal jutaan orang setelahnya. Obama juga harus meminta maaf atas dukungan militer AS terhadap rejim Soeharto selama puluhan tahun, dimana senjata-senjata itu telah dipergunakan militer Indonesia untuk menghancurkan gerakan rakyat, menghancurkan gerakan perlawanan di Papua dan Aceh, dan melakukan invasi keji di Timor Leste.
Dan, apa yang tidak bisa dilupakan, AS punya dosa besar dalam praktik imperialisme selama puluhan tahun di Indonesia, yang sekarang ini mengambil bentuk kebijakan neoliberalisme. Neoliberalisme telah menjadi "senjata pemusnah massal" yang sangat mengerikan: ratusan juta rakyat Indonesia terperosok dalam kemiskinan, ancaman PHK massal, putus sekolah, biaya kesehatan yang sangat mahal, dan lain sebagainya.
http://berdikarionline.com/editorial/20101108/obama-dan-imperialisme-as.html (Senin, 8 November 2010 |Editorial)