Dua orang mahasiswa anggota tim mesin ITS 1 mempersiapkan mobil hemat energi dan ramah lingkungan, saat uji coba di Sirkuit Kenjeran Surabaya, Senin 11/1/2010. Mobil yang dinamakan sapu angin 1 ini mampu menempuh jarak 1.000 km dengan satu liter bensin, menang dalam Shell Eco-Marathon Asia 2010 di Malaysia, Juli lalu, di Sirkuti Sepang, Kuala Lumpur Malaysia.
Mobil hemat energi yang dikerjakan mahasiswa jurusan Teknik Mesin dan menang dalam Shell Eco-Marathon Asia 2010 di Malaysia, Juli lalu, akhirnya gagal dipamerkan dalam pertemuan pimpinan perguruan tinggi luar negeri dan Indonesia di ITS, Senin (8/11/2010). Mobil yang diberi nama Sapu Angin ini masih ditahan Bea Cukai Jakarta sejak lomba berakhir.
"Semestinya Sapu Angin menjadi ikon Jawa Timur dalam pameran teknologi dua bulan lalu, tapi sampai sekarang masih tertahan di kepabeanan. Belum tau alasannya, tapi kami sudah menyurati Bea Cukai," tutur Rektor ITS Priyo Suprobo seusai pembukaan International University Presidential Forum 2010 di Grha ITS.
Sebelum mengikuti lomba, kata Probo, ITS sudah mengurus perizinan pengangkutan Sapu Angin. Karena untuk kepentingan lomba, semestinya Sapu Angin tidak dikenakan biaya bea cukai impor untuk masuk kembali ke Indonesia. Tidak jelas berapa bea yang dikenakan, tetapi Sapu Angin ditahan di Bea Cukai Jakarta.
Hal ini pernah dua kali dialami ITS sebelumnya. Pertama, kala itu ITS menerima hibah peralatan laboratorium dari Kobe University, Jepang. Segala peralatan itu ditahan Bea Cukai selama hampir setahun.
Peralatan hibah akhirnya dikeluarkan setelah Direktur Jenderal dan Menteri Pendidikan waktu itu turun tangan mengirim surat ke Bea Cukai. ITS juga menyurati Bea Cukai dan menjelaskan barang-barang itu adalah hasil hibah. Kejadian kedua terjadi ketika ITS menerima peralatan laboratorium dari salah satu perguruan tinggi di Jerman.
Sumber
duh, Indonesia