Sebenarnya, dalam skala ringan, stres merupakan respons wajar yang timbul, baik dari dalam diri saat ada tekanan, tuntutan, maupun ancaman yang menyerang, baik fisik maupun psikis. Namun, jika hal sudah berat sampai mengganggu aktivitas anak, maka stres harus diatasi.
Ada dua jenis stres, eustress dan distress. Eustress berdampak baik karena disikapi dengan cara mengubahnya menjadi sesuatu yang positif. Misalnya, anak takut tidak lulus ujian, maka ia atasi dengan giat belajar. Adapun distress memiliki dampak buruk karena disikapi dengan cara negatif. Misalnya, anak takut terhadap guru yang galak lalu ia mogok sekolah.
Arahkan anak untuk bisa mengelola stres dengan baik supaya ia bisa mengubah distress menjadi eustress. Dalam hidup, permasalahan pasti selalu muncul: di sekolah, rumah, tempat les, tempat bermain, dan lainnya. Jika tak diajarkan, maka anak tak bisa mengatasi stres. Distress bisa saja muncul. Gejolak emosinya labil dan akhirnya berpengaruh terhadap aktivitas kesehariannya.
Stres bisa diketahui lewat gejala-gejala yang muncul dari sikap, prestasi belajar, bentuk tulisan, dan lainnya. Gejala-gejala itu antara lain,
* Resah dan tidak nyaman
Lihatlah perilaku anak, apakah ia resah dan merasa tidak nyaman? Biasanya hal ini ditunjukkan dengan sikap murung, rewel, mudah menangis, nafsu makan menurun, tidak bersemangat, mudah kesal, suka membangkang, dan lainnya.
* Nilai pelajaran menurun
Coba lihat nilai mata pelajarannya. Biasanya ada kecenderungan bahwa hal ini menurun karena semangat belajarnya menurun. Ia pun sulit konsentrasi mengerjakan tugas sekolah karena dibebani banyak pikiran.
* Ditunjukkan lewat gambar dan tulisan
Anak sedang mengalami tekanan atau stres, sementara dia tidak bisa mengatasinya. Hal ini biasanya ditunjukkan pula dengan gambar/tulisan anak yang tidak serapi sebelumnya. Biasanya gambar/tulisan anak terlihat kusut dan berantakan.
Bila ada gejala-gejala seperti di atas, maka dekati anak dan ajak ia berkomunikasi. Mungkin ia tengah sakit, mengalami masalah di sekolah, kurang istirahat, merasa terpaksa ikut les, dan lainnya. Jika ternyata ada masalah yang membuatnya tertekan, maka kita harus memberi respons. Buatlah ia merasa nyaman dengan menguatkan hatinya sehingga muncul gairah baru, lalu ambil solusi sesuai kasus. Misalnya, jika di sekolah ada masalah dengan guru yang galak, maka kita kuatkan hati anak, "Ia tidak galak kalau kamu rajin belajar!" Lalu bekerjasamalah dengan sekolah untuk membicarakan masalah ini.
Jika masalahnya ia tertekan ikut les karena ia tak berminat, maka cobalah gali kembali apakah sebenarnya keinginan sang anak. Jika benar ia tak berminat, maka jangan paksakan anak. Cari kegiatan lain yang memang dia sukai. tabloid nakita