Mengenal Merapi Gunung Paling Aktif di Dunia
Merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng.
Suhunya antara 300 - 700 derajat celcius, bisa meluncur dengan kecepatan 70 km/jam
Lontaran Material Pijar
Letusan (magmatik) bila gunung meletus sedang berlangsung. Lontarannya sangat tergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter. Selain suhunya tinggi diatas 200 derajat celcius, ukuran materialnya pun besar dengan diameter lebih dari 10 cm sehingga mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup.
Hujan Abu
Merapi meletus sering memunculkan hujan abu berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh ke daerah sekitarnya tergantung arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-tumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.
Lava
Magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 - 1.200 derajat celcius. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya.
Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.
Gas Racun
Gas ini muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api.
Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah Gunung Api Tangkuban Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung Api Papandayan.
TRIBUNNEWS.COM- Gunung Merapi memiliki ketinggian 2.968 m (9.737 kaki) di atas permukaan laut berada di koordinat 7°32'30" LS 110°26'30" BT perbatasan DIY dengan Jawa Tengah. Gunung ini menjadi daya tarik peneliti di dunia karena merupakan gunung paling aktif dan sering meletus. Tidak itu saja, tapi juga memiliki kekhasan tiap letusan yaitu menyemburkan awan wedhus gembel.
Gunung ini tergolong yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia.
Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.
Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1.400 orang.
Letusan pada November 1994 menghembuskan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.
Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer, karena merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Sèlo, satu kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu rata-rata 5 jam hingga ke puncak.
Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Pada 15 Mei 2006 Merapi meletus lagi. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.
Tanggal 1 Juni 2006, hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.
8 Juni 2006, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman.
Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman. Awan panas ini sering disebut wedhus gembel karena kepulan asap panas berbahaya itu mirip seperti bulu kambing gibas warna putih keabuan.
26 Oktober 2010 , Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.
Hingga kini korban tewas dilaporkan 15 orang namun demikian jumlah ini akan terus bertambah seiring penemuan oleh tim dalam evakuasi korban. Letusan kali ini juga menyemburkan awan panas wedhus gembel yang bersuhu sekitar 600 derajat celcius.
Dilihat dari Boyolali, gunung Merapi dan Merbabu tampak seperti gunung kembar kiri kanan yang sering mengilhami pelukis atau anak anak saat belajar menggambar sebagaimana buku buku pelajaran terdahulu.
Bila pagi cerah, tampak indah pemandangan dua gunung ini dilihat dari Boyolali dengan menampakkan kelok kelok jurang dan bukit serta pepohonan hijau yang sungguh memukau. Hewan-hewan di gunung Merapi (aktif) dan Marbabu (tidak aktif) masih ada antara lain rusa, kancil, babi hutan, monyet, ayam hutan dan berbagai jenis burung.
Hewan hewan ini akan turun gunung ke desa-desa bila gunung akan meletus. Warga setempat sudah mengetahui tanda tanda alam ini karena tinggal di desa desa gunung sejak turun temurun. (berbagai sumber)