Sebenarnya masih banyak rahasia-rahasia yang di sembunyikan antara freeport dan greenpeace ini. Tapi baru beberapa saja yang berhasil di ungkap dan dipublikasikan karena begitu rapinya rahasia ini di jaga.
Begitu banyak efek samping yang kejam dari penambangan Freeport, selain hasilnya yang 99% untuk Amerika dan sedikit icip-icip untuk segelintir pejabat korup antek mereka, sedangkan untuk bumi pertiwi ini cuma kebagian 1%.
Lalu dimana antek para nekolim yang dengan bangga menamakan diri aktifis GreenPeace? Kalau masih mengatakan tak ada bukti , mari kita angkat sedikit apa yang telah ditulis di New York Times.
Tambang freeport telah menghancurkan Gunung Jaya Wijaya setinggi 4.884 meter, yang sebenarnya merupakan tempat sakral bagi penduduk setempat. Pernahkan terlintas dalam batin dan perasaan Anda melihat tempat sakral Anda diluluhlantakkan keserakahan segelintir orang dan Anda tak berdaya? Dan proses meluluhlantakkan itu terus berlangsung sampai hari ini. Ternyata kita belum benar-benar merdeka.
Setiap hari ratusan ribu ton batu ditambang dari sebuah lubang sedalam hampir 1 kilometer di gunung ini. Batu tambang ini kemudian melalui proses pengilingan yang menggunakan 3,5 miliar liter air perbulannya.
Sisa pemrosesan ini kemudian menjadi sampah yang diperkirakan tingginya mencapai 700.000 ton perhari, luar biasa!!!. Tidak hanya itu, setelah emasnya diambil dan diangkut ke Amerika, sampah-sampah ini seenaknya dibuang ke Danau Wanagon dan Sungai Ajkwa.
Sejak dimulai, tambang ini telah menghasilkan 1 milyar ton limbah !!!.
Diperkirakan limbah yang menumpuk di dataran tinggi sekitar tambang ketinggiannya melebihi 300 meter. Limbah yang mengalir ke bawah sistem sungai menjadi dataran rendah telah meninggalkan jejak kehancuran. Sebuah catatan rahasia pemerintah Indonesia yang diperoleh oleh New York Times tahun lalu memperkirakan sampah-sampah ini telah membunuh semua kehidupan dalam sistem sungai.
Manajemen penambangan freeport telah memperingatkan masyarakat setempat untuk tak minum air atau makan tanaman tumbuh di dekat sungai, namun mereka tak mampu menjelaskan alasan pelarangan itu. Selain fakta lapangan limbah telah membunuh sejumlah besar vegetasi yang tumbuh di samping anak sungai Ajikwa, meninggalkan menumpuk menjadi dataran kecil.
Pada tahun 2002 dalam tesisnya: Masyarakat Adat dan Isu Lingkungan: An Encyclopedia, Bruce Johansen, profesor mata kuliah Penduduk Asli Amerika di Universitas Nebraska, mengutip penyataan seorang pengamat yang menggambarkan kondisi penambangan Freeport di Indonesia, “Pohon-pohonMati atau sekarat bertebaran dimana-mana, cabang pohon yang patah menonjol dari saluran lumpur abu-abu … Vegetasi sedang dicekik oleh tumpukan lumpur yang tingginya mencapai beberapa meter. “
Akumulasi limbah penggilingan juga telah menumpuk dalam dataran rendah seluas 233 kilometer persegi serta menghancurkan sedikitnya 130 kilometer persegi hutan hujan.
Diperkirakan saat kontrak tambang Freeport habis di 2040, akan dihasilkan 6 miliar ton limbah beracun sisa pemrosesan Freeport yang sangat berbahaya untuk ekosistim.
Begitu maha hebatnya pengrusakan lingkungan dari tambang Freeport sampai-sampai pada tahun 1995 Overseas Private Investment Corporation, yang menangani perusahaan-perusahaan AS terhadap risiko politik, mencabut Freeport dari list mereka. Tidak pernah ada dalam sejarah mereka melakukan hal ini kecuali terhadap freeport.
Bagaimana sikap aktivis antek nekolin Green Peace terhadap hal ini? Mereka benar-benar buta tuli atau buta dan tuli benaran? Masihkah kalian mencintai Indonesia? Dibayar siapa kalian untuk merusak citra perusakan pribumi, sementara si Maha Pengrusak Segala Freeport di depan mata yang jelas-jelas milik asing tak berani kalian otak-atik? Pejuang lingkungan model apa kalian?
Via : kaskus.us