Apa yang dilakukan Umar Farouk Abdumutallab akan mengubah pandangan Presiden Amerika Obama tentang Terorisme. Akhirnya Obama bakal menyadari bahwa terorisme bukan sekedar tuntutan tulus atas ‘keadilan’, terorisme adalah kejahatan dari orang-orang yang bukan memperjuangkan keadilan tetapi kebencian dan kejahatan. Seberapa baik pendekatan Obama untuk mendekatkan Amerika kepada ‘para lawannya’ selama ini, sekelompok orang tertentu tetap saja hendak menghancurkan Amerika.
Umar hendak meledakan pesawat Amerika yang akan mendarat di bandara Metropolitan Detroit. Ia berhasil menyalakan sumbu dari peledak berdaya ledak tinggi yang telah dibentuknya sesuai dengan lekuk kakinya sehingga tidak terdeteksi pada dua pemeriksaan di bandara Belanda. Pesawat dengan penumpang 279 orang dengan 11 krew penerbangan nyaris hancur dan menodai kekudusan hari Natal kalau bukan tindakan heroik penumpang yang mengetahui gelagat mencurigakan pemuda 23 tahun tersebut, kemudian meringkusnya. Kejadian ini kemudian disebut Christmas miracle, mujizat Natal.
Umar adalah putra mantan menteri dan bankir ternama Nigeria yang mengenyam pendidikan di Inggris. Ayahnya telah memperingatkan kedutaan Amerika dan otoritas Nigeria setelah pengamatannya selama 6 bulan belakangan tentang pandangan agama ekstrim putranya. Ayahnya yang bernama Alhaji Umaru Mutallab itu tidak berhasil menghentikan upaya Umar untuk melakukan tindakan terorisme.
Umar masuk ke toilet selama 20 menit sebelum kembali dan berkata bahwa ia terkena sakit perut, jadi ia mencari alasan untuk menutupi bagian perut dan kakinya dengan selimut. Tetapi beberapa penumpang yang memperhatikan Umar mendengar suara seperti percikan kembang api dan melihat celana panjang dan dinding pesawat terbakar, mereka segera meringkus Umar sebelum api meledakkan bahan peledak dikakinya dan menghancurkan pesawat.
Kejadian yang berlangsung di udara itu kontan mengagetkan penduduk Amerika bahwa mereka masih melihat berbagai usaha terorisme untuk membunuh warga Amerika.
Richard Reid, 22 Des. 2001 melakukan tindakan serupa, yaitu hendak memakai peledak yang disembunyikan di sepatunya sebelum ditaklukan oleh para penumpang lain yang berani.
Beberapa hal yang kita amati:
1. Pandangan Obama pasti akan terpengaruh dengan kejadian ini. Kemungkinan ia setuju dengan tindakan lebih keras terhadap pelaku terorisme dan ini akan melegitimasi lebih kuat pengiriman tentara Amerika ke Afghanistan. Amerika mungkin harus menerima kenyataan bahwa ini bukan soal memperbaiki citra, tetapi ini soal ‘war against an extranordinary crime’ yang lahir bukan atas niatan tuntuta keadilan tetapi sudah merupakan kejahatan karena kebencian.
2. Amerika akan lebih aman dengan pengawasan masuk Amerika yang luar biasa ketat. Ini menjadikan Amerika menguat sebagai icon ‘the dream land’ dan banyak orang ingin ke sana. Blessing in disguise adalah bahwa ia yang diancam makin dirindukan.
3. Prosedur keamanan akan melibatkan keaktifan para penumpang dalam menanggulangi aksi terorisme dalam pesawat. Sebab ternyata dari beberapa kali kejadian, para penumpang lainnya adalah penyelamat pesawat yang akan diledakkan atau dirusak.
4. Negara-negara yang memiliki penerbangan pesawat menuju Amerika akan menerima dampak besar bahkan secara teoritis negara seperti Indonesia yang masih lemah dalam pengawasan penerbangan dapat dengan mudah menjadi target penyanderaan pesawat untuk tujuan penghancuran berbagai fasilitas Amerika di negara-negara di mana Amerika terwakili.
Segala kemungkinan mesti dipkirkan oleh keamanan Indonesia – kejahatan terorisme semakin ‘cerdik’ sehingga pihak keamanan harus bertambah cerdas juga dalam memperkirakan berbagai kemungkinan yang dapat digunakan oleh pelaku teror.
Saya pernah menurunkan artikel tentang gaya berpikir terorisme yang menyimpang sehingga jalur berpikir aparat keamanan haruslah berani menyimpang dari kebiasaan. Misalnya, sangat muskil orang biasa mengunakan anak mereka sebagai bom berjalan, tetapi di hari depan, tidak mustahil pelibatan anak-anak sebagai bom hidup akan dilakukan.
Apa saja bisa terjadi, semoga aparat keamanan Indonesia tetap mencermati segala kemungkinan. Termasuk bandara-bandara yang paling longgar pemeriksaan yang berhubungan dengan bandara Internasional di berbagai lokasi di Indonesia, transit pemindahan barang-barang yang bisa jadi dimanfaatkan para pelaku teror untuk menghancurkan, menyandera untuk kemudian dipakai sebagai ‘rudal’ menghancurkan fasilitas Amerika atau mengorbankan warga Amerika. Yang pasti warga Indonesia jelas akan dikorbankan. Inilah biadabnya sebuah aksi terorisme, melibatkan orang yang tidak bersalah.
Semoag pemerintah kita diberi hikmat dan kemampuan untuk terus memerangi terorisme dan mencabut sampai ke akar-akarnya.