Sedikit diketahui bahwa putra-putri Indonesia telah banyak mengukir prestasi di kancah dunia internasional. Mereka seolah-oleh hilang di telan bumi dan itu pun di dukung dengan kurangnya perhatian kita bersama, dalam hal ini khususnya pemerintah.
Putra-putri terbaik bangsa itu harus puas mengabdikan diri mereka di negara orang. Padahal jika ditanyai satu persatu maka mereka akan sepakat menjawab bahwa mereka sangat ingin kembali ke tanah air. Mereka sangat berharap bahwa mereka bisa memberikan konstribusi bagi bangsa Indonesia. Memberikan prestasi terbaik di dalam negeri sendiri sebagai upaya meningkatkan nama baik Indonesia di muka dunia internasional.
Tetapi apa yang terjadi? Cita-cita dan keinginan mereka itu harus pupus di tengah jalan, lantaran mereka sendiri telah berulang kali dikecewakan oleh bangsanya sendiri. Bila di negeri orang (Amerika, Jerman, Swedia, Jepang, Singapura, dll) mereka mendapatkan perhatian dan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, maka di tanah air mereka harus menelan pil kekecewaan karena “tidak dipakai” alias apa yang telah menjadi prestasi mereka sebelumnya (berkelas dunia) tidak mendapatkan perhatian dan dukungan yang semestinya. Meskipun mereka rela melamar bahkan hingga ada yang pernah melamar di 50 perusahaan beragam. Atau meski harus merelakan bahwa jika di negeri orang mereka mendapatkan fasilitas dan penghasilan yang layak namun memilih untuk kembali ke tanah air walau dengan banyaknya kekurangan. Tetapi itu tidak membuat para penguasa, elit politik dan pemilik modal menjadi perhatian dan mendukung mereka sepenuhnya. Bahkan berdasarkan pengalaman yang ada maka orang-orang pintar itu harus terpaksa meninggalkan tanah pertiwi karena senantiasa dicurigai, dianggap tidak penting dan memang mereka tidak diberikan atau memiliki pekerjaan.
Dari beberapa alasan diatas itulah maka akhirnya mereka mengaku masih betah mengabdi di mancanegara. Mereka belum berniat untuk berkiprah di tanah air, karena mereka trauma ilmu yang mereka raih dengan susah payah itu tidak mendapatkan penghargaan yang selayaknya. Selain itu, sudah tidak bisa disangkal lagi, mutu pendidikan di Indonesia banyak dikeluhkan berbagai kalangan. Dari tahun ke tahun selalu fasilitas sarana dan pendanaan yang menjadi faktor kendala utama. Dan ini tentu saja berakibat mutu lulusannya dipertanyakan. Kita mungkin sudah ketinggalan jauh di tingkat regional Asia Tenggara, terutama dari negara Singapura atau Malaysia.
Di tengah keterpurukan soal mutu dunia pendidikan kita, ternyata tidaklah sama dengan tingkat intelegensi manusia Indonesianya. Sejumlah orang Indonesia ternyata banyak yang berotak encer. Mereka bekerja di luar negeri seperti di Eropa, Amerika dan Jepang. Bahkan berhasil menduduki posisi penting.
Sebagai motivasi, marilah kita menilik beberapa prestasi yang telah diukir oleh putra-putri terbaik bangsa Indonesia di kancah Internasional. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. DR. Andreas Raharso (Kepala Risets Global Hey Group)
Pria berusia 44 tahun itu saat ini menduduki pimpinan atau CEO pada sebuah lembaga riset global Hay Group yang berkantor di Singapura. Hay Group sendiri mempunyai jaringan di hampir belahan dunia dan berkantor pusat di Amerika. Klien dari Hay Group ini kebanyakan adalah para pimpinan dunia seperti Amerika serikat, Perancis dan Inggris. Jabatan yang diraih Andreas Raharso cukup fenomenal, karena merupakan satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki posisi puncak. Selama ini jabatan itu didominasi warga Amerika dan Eropa.
2. Prof. DR. Kent Sutanto
Barangkali gelar akademis yang diraih Kent Sutanto ini tentulah langka. Pria kelahiran Surabaya 1951 silam itu meraih gelar doktor di Jepang. Tidak tanggung-tanggung gelar doktor yang diraih Kent di negeri sakura itu sebanyak empat gelar dari universitas yang bebeda. Saat ini Kent Sutanto mengajar di Universitas Waseda, kampus almamaternya. Selain itu Kent Sutanto juga sebagai dosen tamu di Universitas Venesia, Italia. Karena otaknya yang cemerlang, pria asal Surabaya yang sudah 35 tahun tinggal di Jepang itu mendapat kepercayaan pemerintah setempat duduk di MITI, semacam Departemen dan Perindustrian Jepang.
3. Prof. Yow Pin Liem
Satu lagi orang Indonesia yang berhasil menduduki posisi penting adalah Profesor Yow Pin Liem. Pria 49 tahun asal Cirebon, Jawa Barat itu adalah pimpinan dan pendiri sebuah perusahaan riset Pro Thera Biologisc di Rhode Island, Amerika Serikat. Di tempat riset Prof Yow ini sudah banyak berkontribusi melakukan penelitian terutama masalah pemahaman seputar molekul kanker dan anthrax.
4. Suhendra
Pria kelahiran Jakarta, 17 November 1975 itu, saat ini bekerja pada Badan Peneliti Jerman, BAM di Berlin. Alumnus Universitas Diponegoro Semarang itu berhasil bekerja sebagai peneliti di Jerman setelah meraih gelar doktor di sebuah univeritas teknik di Jerman. Uniknya, Suhendra yang ahli di bidang metal eksplosif itu membiayai kuliahnya dengan bekerja serabutan dan mengumpulkan botol bekas.
Prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Walau kondisi pendidikan di tanah air dirasa masih belum kondusif mereka mampu menembus ruang dan waktu untuk berkiprah cemerlang di tingkat internasional. Kita patut bangga dengan mereka.
Sebaliknya beberapa contoh prestasi yang sangat tidak membanggakan dari putra-putri bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Merosotnya akhlak dan prilaku bangsa Indonesia.
2. Tidak percaya diri pada kemampuan yang dimiliki.
3. Tidak menghargai segala kekayaan, kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh bangsa sendiri.
4. Berfokus hanya pada sektor ekonomi saja hingga melupakan bidang-bidang lain yang tidak kalah pentingnya, khususnya bidang agama, pendidikan dan penelitian.
5. Masih banyak yang berkecimpung hanya pada kekuasaan saja sehingga rebutan kekuasaan menjadi ajang yang paling bergengsi.
6. KKN yang tidak kunjung berkurang bahkan makin bertambah dan merata di segala bidang dan strata sosial.
7. Hanya memikirkan kehidupan dalam masa jangka pendek dan tidak peduli dengan yang akan dihadapi oleh anak cucu nanti.
8. Egois pribadi yang selalu memikirkan diri sendiri dan tidak berfikir bahwa jika tanpa orang lain (orang miskin atau rakyat jelata) maka ia tidak akan bisa berbuat apa-apa.
9. Mental pengemis yang masih dimiliki oleh sebagian besar masyarakat.
10. Kurang berfikir kreatif dan inovatif. Atau tidak memperhatikan mereka yang memiliki kemampuan dalam berpikir kreatif dan inovatif.
11. Masih banyak yang berpikir untuk mencari pekerjaan bukan malah menciptakan lapangan pekerjaan.
12. Terlalu banyak pemikiran yang bisa menambah masalah bagi bangsa, dan bukan malah bersatu dalam memberikan solusi dan memecahkan permasalahan.
13. dll
Demikianlah hal-hal yang dapat membanggakan kita sebagai bangsa Indonesia dan sebaliknya beberapa hal yang tetap saja menjadi ganjalan karena hanya akan membuat bangsa ini makin terpuruk dan tidak bisa menjadi sebuah bangsa yang besar. Bangsa yang bermartabat dan di segani oleh dunia internasional.
Pesan bagi kita semua adalah “Cukupkanlah dengan segera segala bentuk kelakuan yang tidak berfaedah” sebagai upaya dalam membangkitkan rasa percaya diri karena kemajuan dan keberhasilan akan senantiasa menyertai.
Ayolah saudaraku, marilah kawanku, mari kita bangkit dari keterpurukan dan maju dalam membangun tanah pertiwi. Mencapai kemajuan yang menjulang ke langit sebagaimana yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa ini. Sudah waktunya untuk kita memikirkan bangsa ini dengan jalan yang lebih dewasa dan luas ruang lingkupnya. Janganlah meninggalkan atau meniadakan yang satu demi membangun yang lain agar lebih maju, karena yang semacam itu tentulah tidak normal dan kerdil. Sebaliknya bangunlah segala sesuatunya itu secara bersamaan dan seimbang, sesuai dengan batas kemampuan diri. Mari kita bersatu padu dalam mewujudkannya, karena tentulah akan membawa manfaat yang luas bagi kehidupan.
Maju Bangsaku, Majulah Negeriku. Indonesia Raya.
Yogyakarta, 07 Desember 2009
Mashudi Antoro (Oedi`)
[Sebagian tulisan di sadur dari http://kickandy.com/index.php/theshow/2009/12/09/1730/1/1/1/BERPRESTASI-DI-NEGERI-ORANG/310]
http://oediku.wordpress.com/2009/12/09/prestasi-terbaik-dan-terburuk-putra-putri-indonesia-di-kancah-dunia-internasional/