Seorang ibu di New Mexico, AS, mengisahkan bagaimana hidupnya menjadi “sangat tidak nyaman” setelah cedera dalam sebuah kecelakaan mobil yang menyebabkan libidonya selalu on dan tak terpuaskan.
Joleen Baughman (39) terluka dalam sebuah tabrakan mobil dua tahun lalu. Tabrakan itu juga merusak sebuah syaraf di panggulnya yang berfungsi mengendalikan hasrat (seks). Kerusakan itu menyebabkan syaraf tersebut selalu dalam kondisi on atau membuat Nyonya Baughman gampang sekali terangsang. Sedikit gerakan, seperti duduk di bus kota, membungkuk, atau bahkan berjalan melintasi ruangan, sudah bisa membuat dia terangsang. Ibu dua anak itu mengatakan, “Sangat tidak nyaman. Saat pakaian bergesekan dengan badan saya, itu sudah bisa membuat saya terangsang. Saya nyaris tidak bisa berpikir jernih. Ini memalukan dan sangat tidak mungkin untuk berkonsentrasi.”
Nyonya Baughman, yang tinggal bersama suaminya, Brian (39) dan dua orang anak mereka, didiagnosis mengalami kondisi yang sangat jarang terjadi yang disebut restless genital syndrome atau dikenal juga dengan nama persistent sexual arousal syndrome (sindrom rangsangan seksual terus-menerus). Dalam kecelakaan pada April 2007, Nyonya Baughman berada dalam sebuah truk pickup bersama Brian, seorang tukang ledeng, ketika seorang pria mabuk menabrak mobil mereka dari depan. Dokter mata itu, yang telah pulih dari sebuah operasi otak, menderita luka serius termasuk patah tulang, dan dirawat selama beberapa minggu. Dia pulih secara perlahan di rumah, tetapi enam bulan kemudian, ia mulai menderita efek samping yang tidak terduga.
“Saya mulai mendapat dorongan seksual yang besar, entah dari mana datangnya dan benar-benar membelenggu saya. Itu berlangsung hampir sepanjang hari. Saya sangat terkejut karena biasanya saya hampir tidak memiliki dorongan seks sama sekali,” katanya, seperti dikutip Telegraph, Rabu (16/12/2009).
Nyonya Baughman mengungkapkan, dia dan suaminya yang telah menikah 20 tahun awalnya senang dengan munculnya dorongan seks yang baru itu, tetapi hal itu sekarang menjadi seperti tulah baginya. “Brian sangat gembira. Dia seperti merasakan, ‘Wow, untuk pertama kalinya dalam perkawinan kami, dia menjadi orang yang menginginkan seks’. Saya gembira juga. Saya pikir, akhirnya saya memperoleh dorongan seksual dan saya dapat memberikan kepada suami saya apa yang dia inginkan.”
Namun, dia segera menyadari, berhubungan seks tidak mengurangi dorongannya dan hal itu mulai jadi menyakitkan. “Kami melakukan hubungan seks sekali dan saya tidak merasa puas sedikit pun,” kata Baughman. “Jadi kami melakukannya lagi, tetapi saya tetap menginginkan seks, bahkan lebih dari sebelumnya.”
Dia lalu mencari bantuan medis dan akhirnya diberi tahu bahwa kondisinya dipicu oleh kerusakan pada syaraf pundendal-nya, sebuah syaraf di panggul, dekat dengan alat kelamin. “Saya sangat lega saat mengetahui, kondisi saya bukan karena soal psikologis. Saya sempat berpikir saya akan gila atau ini karena kesalahan saya. Saya pikir banyak orang berpikir demikian tentang kondisi ini. (Sesungguhnya) terangsang selama 24 jam sehari sangat melelahkan,” katanya.