Tips Sukses Bisnis Alfamart Sehingga Bisa Mengungguli Kekayaan Aburizal Bakri

Tahukah anda Kekayaan Bos Alfamart Kalahkan Aburizal Bakrie ?

Djoko Susanto, bos industri ritel PT Sumber Alfaria Trijaya atau yang dikenal dengan Alfamart, masuk dalam jajaran miliarder baru di Indonesia. Bos Alfamart ini, menurut majalah Forbes, , memiliki harta kekayaan sebesar 1,040 miliar dollar AS atau sekitar Rp 9,36 triliun.

Total kekayaan Djoko yang memulai bisnisnya dari satu kios kelontong berukuran 560 meter persegi bernama Sumber Bahagia (sumber kebahagiaan) di Pasar Arjuna, Jakarta, ini berhasil mengalahkan total kekayaan pengusaha ternama Aburizal Bakrie. Bos Alfamart ini berhasil menduduki posisi orang terkaya ke-25 atau lima peringkat di atas Aburizal Bakrie.

Berdasarkan data majalah Forbes, kekayaan Ical, demikian kandidat calon presiden 2014 ini disapa, sebesar 890 juta dollar AS atau Rp 8,01 triliun. Dengan jumlah kekayaan tersebut, Ical bertengger di posisi ke-30.

Peningkatan harta kekayaan Djoko ini luar biasa. Sebelumnya, pada pengumuman daftar orang terkaya di Indonesia 2010, namanya tidak masuk dalam daftar 40 orang terkaya.

Sementara itu, posisi teratas masih diduduki Hartono bersaudara.

source: http://bisniskeuangan.kompas.com/


Sang Kuda Hitam

Di tangannya, jaringan Alfamart menggurita dengan ribuan gerai. Jejak gemilangnya juga terekam di Indomaret. Jangan heran, ia kerap disebut sebagai sosok di balik sukses kedua minimarket itu. Apa jurus ampuhnya?

Menyebut nama Chief Operating Officer PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT), Pudjianto, orang pun — terutama kalangan eksekutif dan pentolan bisnis ritel nasional — akan mengacungkan jempol padanya. Maklum, kelahiran Gombong, Jawa Tengah, 4 Mei 1954, ini dikenal sebagai sosok di balik
keberhasilan Indomaret dan Alfamart. Berkat konsep yang dibesutnya, kedua minimarket ini terus menggelinding ke berbagai pelosok kota.

Setelah sukses membesarkan Indomaret, di tangannya, Alfamart juga terus mengepakkan sayapnya. Saat dipinang Djoko Susanto, pemilik Alfamart, pada 2001, gerai Alfamart baru 34. Pada akhir 2001, jumlah gerai menjadi 145. Setahun kemudian, jumlah gerai membengkak menjadi 350. Sampai akhir tahun lalu, jumlah gerai sudah mencapai 2.266. Dan, saat ini gerai Alfamart mencapai 2.600 dengan 26 ribu karyawan. Sampai akhir tahun ini, gerai Alfamart ditargetkan mencapai 2.750. Tak hanya dari
sisi kuantitas, dari sisi ekuitas merek, Alfamart juga tercatat sebagai minimarket nomor satu menurut data AC Nielsen.

Strategi dan jurus apakah yang dilakukan Pudjianto? Diakuinya, dibutuhkan waktu hingga satu tahun untuk mendesain konsep Alfamart. “Perusahaan mengharapkan saya bisa membawa Alfamart menjadi nomor satu dari jumlah unit dan keuntungan,” katanya. Untuk memperbanyak gerai, menurutnya, ada beberapa pertimbangan. Dalam hal potensi lokasi, misalnya, persyaratan yang paling simpel: harus dihuni sekitar 2.000 kepala keluarga, lalu-lintasnya harus dilalui angkutan umum, aman,dan dilewati jaringan komunikasi. “Kalau dari hitungan bisnis menguntungkan, kami berani buka outlet,” katanya.

Menurut Pudji, dalam mengelola minimarket, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain lokasi, segmentasi, pemilihan produk, pricing, promosi, komunikasi dan inovasi.
Untuk inovasi, Alfamart memang selangkah lebih maju. Lewat member card, mengadakan program ronda sore dengan membagikan berbagai hadiah (seperti format Tok Tok Wow). Alfamart juga
menggelar program Product of the Month (tiga produk tertentu yang dijadikan maskot setiap bulan). “Inovasi pasti diikuti orang lain, tapi yang penting apakah inovasi tadi sejalan dengan bisnis kita,” ujarnya.

Untuk itu, Pudji berencana mengoptimalkan kartu keanggotaan Alfamart dengan kemudahan pembayaran di setiap gerai berlogo Visa Bank Permata. Keanggotaan kartu Alfamart saat ini, kata
dia, telah mencapai 1,2 juta orang dengan 26 juta transaksi per bulan di seluruh Indonesia. Ia juga tengah menggodok layanan baru, yakni transfer uang yang dapat dilakukan di Alfamart. “Jadi, WNI yang ada di Hong Kong dan negara lain bisa mengirim uang dan si penerima cukup datang ke Alfamart untuk mengambil uang. Mereka tidak perlu ke bank.”

Saat ini, ia tengah gencar mengembangkan operator mandiri. Dengan pola ini, SAT akan menggandeng calon investor yang berminat membuka gerai Alfamart. Syaratnya, calon investor menyiapkan lahan, sedangkan kegiatan men-set up toko dan memenuhi perlengkapan dilakukan SAT. Bila lahan disetujui, paling tidak SAT akan menginvestasikan dana Rp 300-450 juta guna menyiapkan gerai. Pola kerja samanya, pemilik lahan hanya menyiapkan 6 orang untuk mengoperasikan minimarket tersebut.

“Ini cara kami membantu yang lemah,” kata Pudji. Saat ini, menurutnya, dari total gerai yang ada, sekitar 20% dikembangkan dengan pola operator mandiri. Pola ini dikembangkan dengan menggandeng mitra lain seperti Induk Koperasi Angkatan Darat, Koperasi Pondok Pesantren dan Pusat Koperasi Polri. (Sumber : swa.co.id)