Sejarah Tentang Anak-Anak Serigala dari Perang Dunia II

Ketika tentara merah (julukan untuk tentara uni soviet) menguasai Prusia Timur pada akhir Perang Dunia II, ribuan anak-anak  yang ditinggal mati kedua orang tuanya karena perang  terpaksa melarikan diri dari kota-kota dan masuk ke hutan untuk mencari makanan dan tempat berlindung. Mereka mendapat julukan sebagai anak serigala karena mereka melakukan perjalanan secara berkelompok ketika malam hari melintasi Jerman, Polandia, dan Lithuania  sembari menghindari tentara Soviet.

Ketika keruntuhan Reich Ketiga di depan mata, Hitler membuat undang-undang yang mencegah rakyatnya untuk meninggalkan Jerman. Hukum ini menyebabkan banyak keluarga  menderita dan ribuan anak-anak yatim piatu terpaksa mengungsi. Anak-anak korban perang bersatu, membentuk komunitas kecil, dan menjadi harus berkelahi, mencuri dan mengemis  makanan untuk bertahan hidup.

Kelompok anak-anak harus menghindari deteksi Soviet, jika tertangkap, mereka akan dipaksa bekerja untuk Rusia. Dalam beberapa kasus, petani Lithuania akan menawarkan anak-anak makanan sebagai imbalan jika mereka mau bekerja di ladangnya. Dan yang Paling beruntung yang diadopsi oleh keluarga yang baik dan dibesarkan di Lithuania. Penduduk setempat menyebut mereka "Vokietukai" ("Jerman kecil") dan ribuan anak-anak menetap di negara itu saat perang masih berkecamuk.

Cerita-cerita yang mendokumentasikan tentang “anak-anak serigala” ini  tidak banyak diketahui masyarakat dunia pada umumnya sampai keruntuhan Uni Soviet, yang berlangsung pada tanggal 26 Desember 1991. Setelah Perang Dunia II, pernyataan resmi Soviet menyatakan bahwa tidak ada penduduk  Jerman tinggal yang tinggal di wilayah pendudukan Polandia, dan Lithuania. Hari ini, sekitar 100 anak serigala masih tinggal di Lithuania sebagai orang dewasa. Beberapa dari mereka mencoba untuk mendapatkan kembali kewarganegaraan Jerman, namun pemerintah Jerman telah menolaknya. Dan di sisi lain Lituania, telah menganggap mereka sebagai bagian dari Lithuania dan memberikan mereka pensiun.
Baca terus ...

Tanggapan Tokoh-Tokoh Kontemporer Muslim dan Nasarani tentang Filsafat Yunani

Sikap Tokoh Muslim Terhadap Filsafat Yunani

Sebagai akibat dari penaklukan-penaklukan awal dalam Islam, terutama penaklukan atas Iraq, umat Islam sejak pertengahan abad ke delapan, adalah adanya kontak dengan tradisi pemikiran Yunani. Di Iraq ada sekolah-sekolah Kristen atau perguruan-perguruan tinggõ Kristen.

 Lembaga-lembaga pendidikan ini menggunakan bahasa Syria sebagai bahasa pengantar belajar, disana dipelajari ilmu kedokteran, filsafat Yunani, dan ilmu-ilmu pengetahuan Yunani yang lain. Para penguasa dan raja Islam, segera tertarik dengan ilmu kedokteran Yunani dan terutama ilmu astronomi, yang berguna untuk menentukan arah kota Mekah yang harus dihadapi ketika mendirikan ibadah salat.

Sampai tahun 870 Masehi, ahli fisika pada masa kekhalifahan Bani Abbasiah adalah orang yang beragama Kristen. Di awal abad ke sembilan, khalifah Al-Ma'mun mendirikan laboratorium dan pusat penterjemahan buku-buku Yunani, dan pada gilirannya buku-buku dari delapan puluh penulis Yunani itu sudah tersedia dalam sajian bahasa Arab. Satu atau dua dekade terdahulu, sebagian kecil ahli teologi Islam tertarik kepada konsep-konsep filsafat Yunani dan konsep-konsep ilmiah Yunani.

Para ahli ilmu Kalam ini pada gilirannya mulai menggunakan konsep-konsep filsafat maupun ilmiah Yunani dalam argumennya menentang para pemeluk kepercayaan non-muslim yang lain, dan menentang umat Islam yang tidak setuju dengan pendapat yang mereka kemukakan. Penggunaan konsepsi Yunani ini juga memperlihatkan kegunaannya kepada murid-murid yang sekolah di lembaga-lembaga pendidikan Kristen tadi, yang telah beragama Islam. Dua ahli ilmu Kalam terdahulu yang tertarik kepada konsepi-konsepsi Yunani adalah Hisham Ibn Hakam dan Dirar Ibn Amr, yang keduanya hidup kira-kira dari tahun 780 sampai 800 Masehi.

Penggunaan konsepsi-konsepsi Yunani oleh para ahli kalam terdahulu ini membawa perkembangan ilmu baru, Ilmu Kalam, teologi falsafi atau teologi rasional. Di antara lawan ilmu Kalam ini adalah aliran mazhab Mu'tazilah. Golongan mazhab ini mendiskusikan semua problem yang memperhatikan isu-isu teologis kontemporer.

Namun berbeda dengan mainstream teologi Sunni yang berbicara tentang sejumlah masalah yang dikembangkan, misalnya, kepercayaan akan kebebasan kehendak manusia yang bertentangan dengan kehendak mutlak Tuhan. Akibatnya, golongan Sunni menghukumi bid'ah kepada golongan Mu'tazilah. Sekitar tahun 900 Masehi, Al-Asy'ari (873-935 Masehi) yang terdidik dengan Kalam Mu'tazilah, meninggalkan mazhab Mu'tazilah ini, dan lalu kembali ke mainstream awalnya. Namun demikian, Al-Asy'ari terus menggunakan metode Ilmu Kalam yang dipelajarinya dalam rangka mempertahankan dan melindungi ajaran-ajaran tradisional.

Al-Asy'ari bukan saja pemikir dalam Ilmu Kalam ini, namun setelah kira-kira tahun 1000 Masehi, diberikan kepada mazhab utama Kalam Sunni di wilayah-wilayah pusat pemerintahan khalifah. Satu mazhab yang dapat diperbandingkan di Timur, Maturidiyah, tidak mencapai prominensi yang sesungguhnya sampai abad-abad berikutnya. Para pelaksana Kalam yang awal, diisi dengan sejumlah ide-ide keilmuan dan ide-ide filsafat Yunani, dan rupanya kecil tambahan ide-ide yang dikembangkan oleh para ahli Kalam sampai zaman Al-Ghazali.http://danish56.blogspot.com/2011/05/inilah-10-ilmuwan-islam-paling-berjasa.html

Kendatipun demikian, ada pula sejumlah umat Islam yang hendak merumuskan pemikiran yang lebih jauh dari mazhab Mu'tazilah dalam hal pengakuannya terhadap pemikiran Yunani. Mereka dikenal sebagai falasifah (jama' bahasa Arab dari faylasuf atau dalam bahasa Yunani philosophos, para filosuf). Salah seorang pendahulu yang terjun di bidang filsafat ini adalah Al-Kindi (800-868 Masehi). Al-Kindi adalah orang keturunan Arab asli, yang sayang sekali pemikiran-pemikirannya tidak banyak dikenal.Filsuf lain adalah orang berkebangsaan Persia, Abu Bakar Muhammad Ibn Zakariya Al-Razi (meninggal 923 Masehi/32 Hijrah). Al-Razi menulis bukunya yang berjudul The Spiritual Phisick yang telah diuraikan oleh penterjemah ke dalam bahasa Inggris, sebagai eksplorasi dari sikap 'hedonisme intelektual."Filsuf yang lebih penting lagi adalah Al-Farabi (875-950 Masehi).

Al-Farabi ini membela apa yang dianggapnya sebagai standar pandangan Islam atas dasar Neoplatonik. Posisi filsafatnya lebih lanjut didefinisikan kembali oleh Ibnu Sina atau Avicenna (meninggal 1037 Masehi). Ibnu Sina ini adalah salah seorang filsuf besar dunia. Walaupun karyanya dalam Falasifah-nya mempunyai tempat yang penting dalam sejarah umum filsafat, agaknya pemikiran falsafahnya berpengaruh kecil di dunia Islam pada zaman para filsuf muslim itu masih hidup.

Standar para ulama Ahli Kalam di kalangan umat Islam kala itu tidak membahas pandangan para filsuf muslim tersebut, sebaliknya mereka malah sampai ada yang menolak pandangan mereka. Boleh dikatakan, karya-karya para filsuf muslim ini hanya baru-baru ini saja dimiliki di tengah para pengikutnya secara langsung. Kendatipun demikian, sesungguhnya sebagian ide-ide falsafahnya agaknya telah merasuk ke golongan-golongan masyarakat terpelajar dan mungkin telah mernperoleh pijakannya di sana.

SIKAP IMAM AL-GHOZALI TERHADAP FILOSOFI YUNANI

Situasi di atas merupakan posisi yang terjadi ketika Al-Ghazali (1058-1111 Masehi) sebagai seorang tokoh yang masih relatif muda, berusia 33 tahun. Pada usia ini Al- Ghazali telah mencapai gelar professor (al-Shaykh) di perguruan Nizamiyah yang prestisius di Baghdad pada waktu itu. Guru Al-Ghazali ini bernama Al-Juwaini (meninggal 1085 Masehi), yang telah mempersiapkannya menghadapi mainstream teologi dari para filsuf (falasifah). Baginya tidak mungkin pergi ke guru fiIsafat, melainkan dia cukup menyalin dari karya-karya para filsuf seperti Ibnu Sina, dan lain-lain, dan melalui kajiannya yang mendalam secara otodidak, agaknya memberikan pemikiran-pemikiran filsafat yang cerdas.

Sampai- sampai Al-Ghazali ini dapat menghasilkan telaah filsafat Ibnu Sina dalam karyanya yang berjudul Maqasid al-Falasifah. Dalam karyanya ini Al-Ghazali mempertimbangkan sesuatu yang lebih jelas ketimbang yang diperkembangkan oleh Ibnu Sina sendiri. Sungguhpun demikian, setelah menuliskan karya yang, dia juga menulis penolakannya terhadap ajaran-ajaran filsafat itu dalam Tahafut al-Falasifah.  Dalam buku yang terakhir ini dia menyatakan bahwa ada tiga pendapat para filsuf yang menjadikan mereka kafir dan tidak muslim lagi.

 Tiga pendapat para filsuf ini adalah penolakan mereka terhadap adanya kebangkitan jasmani karena yang ada hanyalah kebangkitan ruhani di akhirat nanti; pandangan bahwa Allah hanya mengetahui hal-hal besar yang bersifat universal dan tidak mengetahui fenomena kejadian-kejadian alam yang kecil-kecil; dan pendirian bahwa alam ini kekal adanya karena berasal dari yang kekal abadi.

Masih ada lagi tujuh pandangan para filsuf yang dapat dikatakan sebagai bid'ah. Al-Ghazali juga tertarik kepada petunjuk yang luas sampai ke ilmu-ilmu falasifah, seperti Matematika, yang menurutnya para filsuf tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan bahkan dapat diakui kebenaran ilmu matematika ini. Secara khusus dia menuliskan pendahuluan buku-buku teksnya tentang logika Aristotelian, dengan contoh-contoh yang sesuai dengan apa yang dilakukan oleh para ulama Kalam dalam Islam.

Salah satu akibat dari karya Al-Ghazali ini adalah adanya beberapa risalah ilmu Kalam pada bagian-bagian yang ekstensif sifatnya berkenaan dengan pendahuluan-pendahuluan filsafi terkemudian. Akibat pandangan ini dapat diilustrasikan pada kontribusi kandungan-kandungan isinya pada salah satu risalah yang paling masyhur dalam bukunya yang berjudul Mawaqif buah pena Al-Iji (meninggal 1355 Masehi). Lalu didapati pula komentarnya yang ditulis oleh Al-Jurjani (meninggal 1413 Masehi) yang terdiri dari 4 jilid besar- besar dari masing-masing jilidnya.

Bagian karyanya dibagi sebagai berikut: obyek dan metodologi Ilmu Kalam; wujud dan non-wujud (makhluk dan bukan makhluk), wujud yang mungkin dan wujud yang wajib, sebab dan akibat, dan lain-lain; aksiden, kualitas, kuantitas, hubungan-hubungan, dan lain- lain; substansi, tubuh, jasmani, jiwa, ruh; makhluk, unitas, sifat dan perbuatan mutlak Tuhan; kenabian; alam akhirat dan materi-materi "tradisional" yang lain. Kalau demikian, hampir dua-tiga risalah dan komentar yang membicarakan tentang pengenalan filsafat menuju teologi yang tepat. Sesuatu hal yang mirip segera nampak pada buku Muhassal karya Fakhr al-Din al-Razi (meninggal 1210 Masehi) ,walaupun dalam kasus ini pengenalan-pengenalan tersebut hanya menduduki tempat sekitar separuh bukunya.

 Beberapa risalah yang lain yang hampir mirip adalah yang diuraikan oleh Louis Gardet dan Pere Anawati dalam pengenalannya terhadap teologi Islam.  Terhadap contoh-contoh karya tersebut, timbul masalah penting: apakah benar penolakan kepada falasifah itu sebagai penolakan paripurna terhadap pemikiran Yunani oleh para ulama Kalam? Ataukah kita tidak boleh mengatakan bahwa mereka sebenarnya mengakui pemikiran Yunani dan mengadaptasikan dengan kebutuhan-kebutuhannya sendiri? Kendatipun demikian, sebelum memutuskan masalah ini yang akan membantu untuk melihat apa yang sesungguhnya terjadi pada umat Kristen barat.

Kritik Al-Ghazali terhadap pemikiran filsafat Ibnu Sina ini bukannya menghentikan pemikiran filsafat di tengah kaum muslimin sama sekali. Di timur ada nama yang tidak semasyhur Ibnu Sina yang meninggal pada tahun 1037 Masehi lebih tua dua puluh tahun sebelum Al-Ghazali lahir, melainkan teosofi filsafat terus mengembangkan dirinya sampai masa kini. Di pihak lain, Islam di barat abad kedua puluh ini dapat melahirkan falasifah Arab terbesar, Ibnu Rushd atau Averroes (meninggal 1198 Masehi). Ibnu Rushd ini adalah seorang ahli hukum Islam terpelajar dan sebagian besar hidupnya diabdikannya sebagai seorang hakim. Akan tetapi, Ibnu Rushd juga adalah seorang yang amat mendalami ilmu-ilmu pengetahuan Yunani. Ibnu Rushd terutama mempelajari karya pemikiran Aristotle dan komentar-komentar atas sebagian karya-karya Aristotle. Ibnu Rushd juga mengoreksi beberapa kesalahan interpretasi Neoplatonik di antara para filsuf belakangan. Dia juga menulis penolakannya kepada buku Al-Ghazali yang berjudul Tahafut al-Falasifah yang ditanggapi oleh Ibnu Rushd dalam bukunya Tahafut al- Tahafut . Selain kemasyhurannya, Ibnu Rushd tidak mempunyai pengganti-penggantinya dalam Islam di barat dan secara tegas sedemikian dikenal di timur. Sekalipun Ibnu Rushd ini adalah seorang hakim, dia mendapat tekanan dari para ulama ahli Hadits pada masa hidupnya. Barangkali prestasi paling besar yang pernah dicapainya adalah pengenalan kembali pemikiran Aristotle yang asli ke bangsa Eropa barat.

Sikap Tokoh Kristen Terhadap Filsafat Yunani

Tradisi filsafat Yunani yang hidup di Kekaisaran Byzantine memainkan peranan penting, sebagaimana yang telah dicatat terdahulu dalam rumusan ajaran Kristen di konsili-konsili ekumenikal. Kendatipun demikian, akibat dari invasi-invasi barbarian dan hancurnya kekaisaran Romawi barat, tinggal sedikit kultur intelektual saja yang masih tersisa di Eropa barat.

Terjadi kebangkitan kembali kehidupan intelektual tertentu di Sevilla di bawah kaisar Isidore (meningal 636 Masehi), namun kehidupan intelektual yang sedikit ini makin menghilang setelah terjadinya invasi Arab. Bahkan abad ke sepuluh menampakkan isyarat kehidupan intelektual yang kecil di Eropa barat yang amat berbeda dengan komentar-komentar tentang sebagian kecil karya-karya logika Aristotle. Sekitar tahun 1100 Masehi, Anselm adalah orang yang menggunakan metode dialektika Aristotle untuk mempertahankan ajaran Kristen, dan dengan metode dialektika Aristotle ini dia diikuti oleh Peter Abelard dengan gaya yang lebih mantap.

Sungguhpun demikian, ada perubahan perlahan-lahan namun pasti terhadap yang terjadi, sebab setelah penaklukan Kristen di Toledo pada tahun 1085 Masehi, dan para ilmuwan Kristen dari berbagai negeri datang ke kota Toledo ini. Selama abad dua puluh ini ada sejumlah luas karya-karya filsafat yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin.

 Penterjemahan karya-karya filsafat ini membawa gelombang baru kegiatan intelektual di Eropa barat, yang mempengaruhi kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat, begitu pula pengaruhnya di bidang biologi. Satu garis pemikiran Ibnu Rushd yang telah diambil oleh Siger dari Brabant (hidup sekitar 1235-1282 Masehi) dan lain-lain, yang dalam bahasa Latin dikenal sebagai mazhab Averroist (aliran Ibn Rusydiisme). Ibnu Rushd mempermasalahkan apabila filsafat dan kitab-kitab suci yang diturunkan adalah benar, maka tidak boleh ada perbenturan antara falsafat dan wahyu.

Lalu Ibnu Rushd terus berusaha keras untuk menunjukkan secara terinci bagaimana kontradiksi-kontradiksi yang jelas nyata itu dapat didamaikan satu dengan yang lain. Para Averroist Latin ini mengakui prinsip dasar, namun kecil perhatiannya untuk mendamaikan kontradiksi-kontradiksi yang terjadi, supaya teori mereka dikenal sebagai teori "kebenaran ganda" dan diberi hukum bid'ah.

Pengaruh Ibn Rushd yang utama ini nampak pada Dominicus Albertus Magnus (1206-1280 Masehi) dan Thomas Aquinas (1226-1274 Masehi). Kedua filsuf ini secara luas mengakui Aristotelianisme sebagai dijelaskan secara rinci oleh Ibn Rushd, dan kemudian secara rinci dijelaskan pula oleh Thomas Aquinas yang menjadikannya sebagai landasan bagi semua cakupan sistem teologis dan metafisis, yang secara umum dianggap sebagai nilai yang tinggi dalam pemikiran Kristen barat di zaman pertengahan. Namun demikian, sebagian orang Kristen juga ada yang menentang teori Thomas Aquinas ini.

Lebih lanjut, karya-karya Yunani klasik yang dikenal di Eropa barat setelah pendudukan Ottoman atas Constantinople pada tahun 1453 Masehi dan mengalirnya ilmuwan-ilmuwan timur menuju ke barat. Walaupun demikian, agaknya tidak ada peniruan penuh terhadap pemikiran Yunani dari timur ini. Kesemerawutan Pembaharuan di abad enam belas, kemungkinan cenderung memfokuskan pemikiran kepada teologi; dan sejak abad tujuh belas bermunculannya gerakan-gerakan pemikiran baru yang amat mendalam.

Refleksi Lebih Lanjut
Bab ini dibuka dengan menyatakan adanya penolakan terhadap filsafat Yunani oleh Islam. Namun apabila sekarang kembali ke persoalan tersebut, maka di satu saat kita pasti akan bertentangan dengan persoalan berikutnya. Apakah ada perbedaan esensial antara sikap manusia seperti Fakhr al-Din al-Razi, Al-Iji dan al-Jurjani serta Thomas Aquinas. Sir Hamilton Gibb dalam mendiskusikan masalah ini mencatat bahwa para pemikir muslim dan para pemikir Kristen menyatakan amat jauh dari pandangan manusia biasa.  Memang ini benar, namun pandangan tersebut dapat dihilangkan, karena kebanyakan manusia biasanya ingin mengetahui bahwa orang-orang yang memiliki keunggulan intelektual itu dapat mempertahankan keimanannya secara intelektual. Gardet dan Anawati yang berbicara tentang conservatisme Fige teologi Islam di abad-abad terakhir ini.

Di satu pandangan, mereka menyatakan bahwa kekakuan yang sebenarnya terjadi terhadap fakta itu adalah dikarenakan para ilmuwan muslim hanya mempertahankan rumusan-rumusan dogma yang diterima, tidak berupaya mencapai pemahaman yang lebih mendalam terhadap realitas-realitas yang terlibat di dalamnya;  dan boleh jadi ada benarnya dalam hal ini.

Di pihak lain, instink saya melihat perbedaan antara hasil-hasil final dalam Islam dan dalam Kristen sebagaimana yang terjadi pada sikap otoritas kedua agama tersebut terhadap doktrin-doktrin yang dinyatakan. Kasus yang paling menghebohkan Kristen adalah kasus dibunuhnya Galile pada tahun 1633 Mesehi. Sebelumnya Copernicus telah mencetuskan teori tentang alam semesta yang sudah sedemikian dikenal. Menurutnya, bumi ini yang bergerak mengitari matahari, sementara matahari diam tidak bergerak. Sedangkan keyakinan yang sampai sekarang ini masih berlaku adalah matahari yang bergerak mengitari bumi, bukan bumi yang mengitari matahari.

Walaupun demikian, hanya sejak tahun 1616 Masehi setelah teorinya ini didukung oleh Galileo yang telah dituduh salah oleh gereja dan Galileo menyatakan tidak akan pernah mempertahankan pandangan bahwa matahari yang mengelilingi bumi. Namun begitu, pada tahun 1632 Masehi, dia menerbitkan sebuah buku dimana lawan-lawannya menyatakan telah mempertahankan teori Copernican dan berdasarkan teori inilah dia dikutuk dan dipersalahkan oleh gereja, sungguhpun dia menghindari hukuman tersebut dengan mencabut kembali pernyataannya. Dinyatakan oleh para pelajar belakangan ini pada periode itu bahwa terjadi pertentangan terhadapnya dari kebanyakan para filsuf dan para ahli teologi. Mereka ditentang karena bertentangan dengan teori ilmu pengetahuan Aristotelian.

Larangan terhadap pandangan-pandangan Copernican oleh para pemimpin agama (gereja) di Roma, agaknya hanya mempunyai pengaruh terbatas. Kehidupan intelektual Eropa barat kini telah mengalir deras melalui beberapa aliran yang berbeda-beda satu dengan yang lain, dimana teologi Katolik merupakan satu-satunya teologi tunggal tak terkecuali.

Sebagaimana para pemimpin agama Protestan mencoba melakukan kontrol, namun hanya ditujukan kepada doktrin-doktrin teologis saja. Sementara itu banyak manusia yang mencurahkan perhatiannya kepada berbagai cabang ilmu pengetahuan. Diversitas intelektual ini, tak pelak lagi, merupakan faktor penting dalam membebaskan diri dari agama dan bentuk kontrol yang lain bagi para pemikir Eropa barat. Di sebagian besar negeri di dunia ini ada kemungkinan telah menerbitkan buku-buku, bahkan ketika mengekspresikan pandangan-pandangan yang bertentangan dengan agama kota yang dibangun itu; dan ketika hal ini tidak mungkin dilakukan maka buku-buku acapkali dapat diterbitkan di negara lain.

Perbenturan pemikiran filsafat terhadap Galileo yang memandang adanya distinksi yang terjadi pada pemikiran Yunani, yakni, antara ajaran filsafat yang khusus dan penilaian umum yang mengiringi argumen yang memimpinnya. Lalu inilah yang merupakan kontribusi Yunani yang lebih penting terhadap dunia. Ketika filsafat Aristotelian akrab diasosiasikan dengan dogma Kristen dalam sistem pemikiran Thomis (terutama seperti dogma yang dimunculkan pada abad keenam belas oleh golongan mazhab Jesuit, dan lain-lain), kiranya telah menjadi kecenderungan untuk memandang filsafat sebagai yang juga menghasilkan suatu bentuk dogma yang tidak boleh diganggu gugat.

Kendatipun demikian, sejak abad tujuh belas banyak manusia yang begitu mendalam tertarik kepada sains dan merancang rumusan-rumusan pengetahuan berdasarkan penelitian-penelitian mereka dan teorisasinya di samping adanya oposisi gereja. Khususnya di Inggris, karya ilmiah itu didorong oleh keluarga kerajaan, yang meliputi sebagian pendeta Anglican di antara anggota-anggotanya. Tentang para pendiri ilmu pengetahuan dan filsafat baru Descartes dan Locke, aliran mazhab pemikiran Thomis dan bentuk-bentuk skolastisisme lainnya yang rupanya menjadi bersifat diktatorial dan otoritatif, picik dan tidak imajinatif. 

Pandangan akan hubungan filsafat dan teologi di Eropa barat ini memberi perspektif lebih baik yang memberikan penilaian kembali kepada kedudukan Islam. Walaupun Al-Ghazali menghasilkan apa yang mungkin akan menghancurkan kritik falasifah, agaknya Al-Ghazali tidak menolak filsafat masuk ke dalam Ilmu Kalam. Penilaian secara superfisial agaknya menjadi perbedaan kecil antara penilaian terhadap filsafat yang nampak pada karya-karya ilmu Kalam terkemudian dan karya-karya filsafat Thomas Aquinas, walaupun ini merupakan topik yang menguntungkan penyelidikan lebih lanjut. Namun begitu, apa yang dapat dikatakan adalah sebagaimana filsafat yang hampir menjadi kolot pada mazhab Jesuit dan mazhab-mazhab lain di zaman Galileo, demikian pula kolotnya mazhab-mazhab utama Islam setelah abad lima belas.

Dengan kata lain, doktrin-doktrin Yunani yang sedemikian luas diterima itu, namun tidak ada isyarat bagi terbentuknya pemikiran Yunani yang mengikuti argumen itu. Hal ini sungguh memungkinkan penilaian-penilaian para ulama bersifat represif dan supresif yang menciptakan kemunduran filsafat di dunia Islam timur setelah Ibnu Sina, dan kematian filsafat Islam di dunia barat setelah Ibnu Rushd. Kemungkinan ada sikap-sikap para ulama yang membawa kemunduran bagi pengejaran ilmu pengetahuan di tengah umat Islam.  Jadi, ketidakberdayaan Islam menghadapi pemikiran Eropa modern ini benar-benar bukan karena penolakannya kepada kekhususan-kekhususan pemikiran Yunani, melainkan karena penolakannya terhadap terbukanya pemikiran Yunani bagi kebenaran yang baru.

Sumber :
TITIK TEMU ISLAM DAN KRISTEN
Persepsi dan Salah Persepsi

OLeh: William Montgomery Watt
Baca terus ...

Muslihat Riya' : Lebih Tersembunyi dari Langkah Semut ...

Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy (Ibnu Qudamah)

Pengantar:
Duhai betapa beruntung pembaca e-mail ini dan betapa rugi penulisnya. Antum mendapatkan air jernih darinya sementara penulisnya mendapat air keruh. Tapi inilah perdagangan yang saya tawarkan. Bila hati pembaca lebih bersih maka itulah yang diharapkan, dengan tanpa terkotorinya hati penulis tentunya. Bila yang terjadi adalah sebaliknya maka Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah tempat meminta pertolongan, dan segala kebaikan yang ada berasal dari Allah Yang Maha Tunggal semata.
Al-'alamah Ibnu Qudamah memberikan uraian tentang Riya', Hakekat, Pembagian dan Celaannya, termasuk keterangan riya' yang menggugurkan amal dan yang tidak, obat dan cara mengobati riya' dan sebagainya. Uraiannya yang berdasar keterangan dari qur'an dan sunnah cukup jelas, dapat membuat takut orang yang terlalu beharap hingga meremehkan dan memberikan harapan kepada orang yang terlalu takut. Berikut ini saya kutipkan beberapa paragraf dari nasehat beliau yang bisa di jadikan perhatian agar kita bisa hati-hati, karena ini masalah hati. (ALS)

Ketahuilah bahwa kata riya' itu berasal dari kata ru'yah (melihat), sedangkan sum'ah (reputasi) berasal dari kata sami'a (mendengar). Orang yang riya' menginginkan agar orang-orang bisa melihat apa yang dilakukannya.
Riya' itu ada yang tampak dan ada pula yang tersembunyi. Riya' yang tampak ialah yang dibangkitkan amal dan yang dibawanya. Yang sedikit tersembunyi dari itu adalah riya' yang tidak dibangkitkan amal, tetapi amal yang sebenarnya ditujukan bagi Allah menjadi ringan, seperti orang yang biasa tahajud setiap malam dan merasa berat melakukannya, namun kemudian dia menjadi ringan mengerjakannya tatkala ada tamu di rumahnya. Yang lebih tersembunyi lagi ialah yang tidak berpengaruh terhadap amal dan tidak membuat pelaksanaannya mudah, tetapi sekalipun begitu riya' itu tetap ada di dalam hati. Hal ini tidak bisa diketahui secara pasti kecuali lewat tanda-tanda.

Tanda yang paling jelas adalah, dia merasa senang jika ada orang yang melihat ketaatannya. Berapa banyak orang yang ikhlas mengerjakan amal secara ikhlas dan tidak bermaksud riya' dan bahkan membencinya. Dengan begitu amalnya menjadi sempurna. Tapi jika ada orang-orang yang melihat dia merasa senang dan bahkan mendorong semangatnya, maka kesenangan ini dinamakan riya' yang tersembunyi. Andaikan orang-orang tidak melihatnya, maka dia tidak merasa senang. Dari sini bisa diketahui bahwa riya' itu tersembunyi di dalam hati, seperti api yang tersembunyi di dalam batu. Jika orang-orang melihatnya, maka bisa menimbulkan kesenangannya. Kesenangan ini tidak membawanya kepada hal-hal yang dimakruhkan, tapi ia bergerak dengan gerakan yang sangat halus, lalu membangkitkannya untuk menampakkan amalnya, secara tidak langsung maupun secara langsung.

Kesenangan atau riya' ini sangat tersembunyi, hampir tidak mendorongnya untuk mengatakannya, tapi cukup dengan sifat-sifat tertentu, seperti muka pucat, badan kurus, suara parau, bibir kuyu, bekas lelehan air mata dan kurang tidur, yang menunjukkan bahwa dia banyak shalat malam.
Yang lebih tersembunyi lagi ialah menyembunyikan sesuatu tanpa menginginkan untuk diketahui orang lain, tetapi jika bertemu dengan orang-orang, maka dia merasa suka merekalah yang lebih dahulu mengucapkan salam, menerima kedatangannya dengan muka berseri dan rasa hormat, langsung memenuhi segala kebutuhannya, menyuruhnya duduk dan memberinya tempat. Jika mereka tidak berbuat seperti itu, maka ada yang terasa mengganjal di dalam hati.

Orang-orang yang ikhlas senantiasa merasa takut terhadap riya' yang tersembunyi, yaitu yang berusaha mengecoh orang-orang dengan amalnya yang shalih, menjaga apa yang disembunyikannya dengan cara yang lebih ketat daripada orang-orang yang menyembunyikan perbuatan kejinya. Semua itu mereka lakukan karena mengharap agar diberi pahala oleh Allah pada Hari Kiamat.

Noda-noda riya' yang tersembunyi banyak sekali ragamnya, hampir tidak terhitung jumlahnya. Selagi seseorang menyadari darinya yang terbagi antara memperlihatkan ibadahnya kepada orang-orang dan antara tidak memperlihatkannya, maka di sini sudah ada benih-benih riya'. Tapi tidak setiap noda itu menggugurkan pahala dan merusak amal. Masalah ini harus dirinci lagi secara detail.
Telah disebutkan dalam riwayat Muslim, dari hadits Abu Dzarr Radliyallahu Anhu, dia berkata, "Ada orang yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang orang yang mengerjakan suatu amal dari kebaikan dan orang-orang memujinya?" Beliau menjawab, "Itu merupakan kabar gembira bagi orang Mukmin yang diberikan lebih dahulu di dunia."

Namun jika dia ta'ajub agar orang-orang tahu kebaikannya dan memuliakannya, berarti ini adalah riya'.

Dipetik dari: Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy , "Muhtashor Minhajul Qoshidin, Edisi Indonesia: Minhajul Qashidhin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk", penerjemah: Kathur Suhardi, Pustaka al-Kautsar, Jakarta Timur, 1997, hal. 271-286.
Baca terus ...

Apa dan Siapa Aliran Ahmadiyah ? dan Mengapa Dianggap Sesat ?

Apa itu Ahmadiyah?
Ahmadiyah adalah gerakan yang lahir pada tahun 1900 M, yang dibentuk oleh pemerintah kolonial Inggris di India. Didirikan untuk menjauhkan kaum muslimin dari agama Islam dan dari kewajiban jihad dengan gambaran/bentuk khusus, sehingga tidak lagi melakukan perlawanan terhadap penjajahan dengan nama Islam. Gerakan ini dibangun oleh Mirza Ghulam Ahmad al-Qadiyani. Corong gerakan ini adalah "majalah al-Adyan" yang diterbitkan dengan bahasa Inggris.

Siapa Mirza Ghulam Ahmad?
Mirza Ghulam hidup pada tahun 1839-1908 M. Dia dilahirkan di desa Qadian, di wilayah Punjab, India tahun 1839 M. Dia tumbuh di keluarga yang terkenal suka khianat kepada agama dan negara. Begitulah dia tumbuh, mengabdi kepada penjajahan dan senantiasa mentaatinya. Ketika dia mengangkat dirinya menjadi nabi, kaum muslimin bergabung dan menyibukkan diri dengannya sehingga mengalihkan perhatian dari jihad melawan penjajahan Inggris. Oleh pengikutnya dia dikenal sebagai orang yang menghasut/berbohong, banyak penyakit, dan pecandu narkotik.

Pemerintah Inggris banyak berbuat baik kepada mereka. Sehingga dia dan pengikutnya pun memperlihatkan loyalitas kepada pemerintah Inggris.

Di antara yang melawan dakwah Mirza Ghulam adalah Syaikh Abul Wafa', seorang pemimpin Jamiah Ahlul Hadits di India. Beliau mendebat dan mematahkan hujjah Mirza Ghulam, menyingkap keburukan yang disembunyikannya, kekufuran serta penyimpangan pengakuannya.

Ketika Mirza Ghulam Ahmad masih juga belum kembali kepada petunjuk kebenaran, Syaikh Abul Wafa' mengajaknya bermubahalah (berdoa bersama), agar Allah mematikan siapa yang berdusta di antara mereka, dan yang benar tetap hidup. Tak lama setelah bermubahalah, Mirza Ghulam Ahmad menemui ajalnya tahun 1908 M.

Pada awalnya Mirza Ghulam berdakwah sebagaimana para dai Islam yang lain, sehingga berkumpul di sekelilingnya orang-orang yang mendukungnya. Selanjutnya dia mengklaim bahwa dirinya adalah seorang mujaddid (pembaharu). Pada tahap berikutnya dia mengklaim dirinya sebagai Mahdi al-Muntazhar dan Masih Al-Maud. Lalu setelah itu mengaku sebagai nabi dan menyatakan bahwa kenabiannya lebih tinggi dan agung dari kenabian nabi kita Muhammad SAW.

Dia mati meninggalkan lebih dari 50 buku, buletin serta artikel hasil karyanya.
Di antara kitab terpenting yang dimilikinya berjudul Izalatul Auham, I'jaz Ahmadi, Barohin Ahmadiyah, Anwarul Islam, I'jazul Masih, at-Tabligh dan Tajliat Ilahiah.

Pemikiran dan Keyakinan Ahmadiyah
  1. Meyakini bahwa Mirza Ghulam adalah al-masih1 yang dijanjikan.
  2. Meyakini bahwa Allah berpuasa dan melaksanakan shalat; tidur dan mendengkur; menulis dan menyetempel; melakukan kesalahan dan berjimak. Maha tinggi Allah setinggi-tingginya dari apa yang mereka yakini.
  3. Keyakinan Ahmadiyah bahwa tuhan mereka adalah Inggris, karena dia berbicara dengannya menggunakan bahasa Inggris.
  4. Berkeyakinan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Mirza Ghulam Ahmad, dan memberikan wahyu dengan diilhamkan sebagaimana al-Qur'an.
  5. Menghilangkan aqidah/syariat jihad dan memerintahkan untuk mentaati pemerintah Inggris, karena menurut pemahaman maereka pemerintah inggris adalah waliul amri (pemerintah Islam) sebagaimana tuntunan Al-Qur'an
  6. Seluruh orang Islam menurut mereka kafir sampai mau bergabung dengan Ahmadiyah. Seperti bila ada laki-laki atau perempuan dari golongan Ahmadiah yang menikah dengan selain pengikut Ahmadiyah, maka dia kafir.
  7. Membolehkan khamer, opium, ganja, dan apa saja yang memabukkan.
  8. Mereka meyakini bahwa kenabian tidak ditutup dengan diutusnya Nabi Muhammad akan tetapi terus ada. Allah mengutus rasul sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Dan Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi yang paling utama dari para nabi yang lain.
  9. Mereka mengatakan bahwa tidak ada al-Qur'an selain apa yang dibawa oleh Mirza Ghulam Ahmad. Dan tidak ada al-Hadits selain apa yang disampaikan di dalam majelis Mirza Ghulam. Serta tidak ada nabi melainkan berada di bawah pengaturan Mirza Ghulam Ahmad.
  10. Meyakini bahwa kitab suci mereka diturunkan (dari langit), bernama `Al-Kitab al-Mubin', bukan al-Qur'an al-Karim yang ada di tangan kaum muslimin.
  11. Mereka meyakini bahwa al-Qadian (tempat awal gerakan ini) sama dengan Madinah al-Munawarrah dan Mekkah al-Mukarramah; bahkan lebih utama dari kedua tempat suci itu, dan suci tanahnya serta merupakan kiblat mereka dan ke sanalah mereka berhaji.
  12. Mereka meyakini bahwa mereka adalah pemeluk agama baru yang independen, dengan syariat yang independen pula; seluruh teman-teman Mirza Ghulam sama dengan sahabat Nabi Muhammad SAW

Akar Pemikiran dan Keyakinan Ahmadiyah
  • Bermula dari gerakan orientalis bawah tanah yang dilakukan oleh Sayyid Ahmad Khan yang menyebarkan pemikiran-pemikiran menyimpang; yang secara tidak langsung telah membuka jalan bagi munculnya gerakan Ahmadiyah.
  • Inggris menggunakan kesempatan ini dan membuat gerakan Ahmadiyah, dengan memilih untuk gerakan ini seorang lelaki pekerja dari keluarga bangsawan.
  • Pada tahun 1953 M, terjadilah gerakan sosial nasional di Pakistan menuntut diberhentikannya Zhafrillah Khan dari jabatannya sebagai menteri luar negeri. Gerakan itu dihadiri oleh sekitar 10 ribu umat muslim, termasuk pengikut kelompok Ahmadiyah, dan berhasil menurunkan Zhafrillah Khan dari jabatannya.
  • Pada bulan Rabiulawwal 1394 H, bertepatan dengan bulan April 1974 M, dilakukan muktamar besar oleh Rabhithah Alam Islami di Mekkah al-Mukarramah yang dihadiri oleh tokoh-tokoh lembaga-lembaga Islam seluruh dunia. Hasil muktamar memutuskan "kufurnya kelompok ini dan keluar dari Islam. Meminta kepada kaum muslimin berhati-hati terhadap bahaya kelompok ini dan tidak bermuamalah dengan pengikut Ahmadiyah, serta tidak menguburkan pengikut kelompok ini di pekuburan kaum muslimin."
  • Majelis Ummat (parlemen) Pakistan melakukan debat dengan gembong kelompok Ahmadiyah benama Nasir Ahmad. Debat ini belangsung sampai mendekati 30 jam. Nasir Ahmad menyerah/tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dan tersingkaplah kedok kufurnya kelompok ini. Maka majelis pun mengeluarkan keputusan bahwa kelompok ini lepas dari agama Islam.

Hal-Hal yang Mewajibkan Kafirnya Mirza Ghulam Ahmad:
  • Pengakuannya sebagi nabi.
  • Menghapus kewajiban jihad dan mengabdi kepada penjajah.
  • Meniadakan berhaji ke Mekkah dan menggantinya dengan berhaji ke Qadian.
  • Penyerupaan yang dilakukannya terhadap Allah dengan manusia.
  • Kepercayaannya terhadap keyakinan tanasukh (menitisnya ruh) dan hulul (bersatunya manusia dengan tuhan).
  • Penisbatannya bahwa Allah memiliki anak, serta klaimnya bahwa dia adalah anak tuhan.
  • Pengingkarannya terhadap ditutupnya kenabian oleh Muhammad SAW, dan membuka pintu tersebut bagi siapa saja yang menginginkannya.
  • Penyebaran dan Aktifitas
  •  Penganut aliran Ahmadiyah kebanyakan hidup di India dan Pakistan dan sebagian kecilnya di Israel dan wilayah Arab. Mereka senantiasa membantu penjajah agar dapat membentuk/ membangun sebuah markas di setiap negara di mana mereka ada.
  • Ahmadiyah memiliki pekerjaan besar di Afrika dan pada sebagian negara-negara Barat. Di Afrika saja mereka beranggotakan kurang lebih 5 ribu mursyid dan dai yang khusus merekrut manusia kepada kelompok Ahmadiyah. Dan aktifitas mereka secara luas memperjelas bantuan/dukungan mereka terhadap penjajahan.
  • Keadaan kelompok Ahmadiyah yang sedemikian, ditambah perlakuan pemerintahan Inggris yang memanjakan mereka, memudahkan para pengikut kelompok ini bekerja menjadi pegawai di berbagai instansi pemerintahan di berbagai negara, di perusahaan-perusahaan dan persekutuan-persekutuan dagang. Dari hasil kerja mereka itu dikumpulkanlah sejumlah dana untuk membiayai dinas rahasia yang mereka miliki.
  • Dalam menjalankan misi, mereka merekrut manusia kepada kelompok Ahmadiyah dengan segala cara, khususnya media massa. Mereka orang-orang yang berwawasan dan banyak memiliki orang pintar, insinyur dan dokter. Di Inggris terdapat pemancar dengan nama "TV Islami" yang dikelola oleh penganut kelompok Ahmadiyah ini

Pemimpin-Pemimpin Ahmadiyah
  1. Pemimpin Ahmadiyah sepeninggal Mirza Ghulam bernama Nurruddin. Pemerintah Inggris menyerahkan kepemimpinan Ahmadiah kepadanya dan diikuti para pendukungnya. Di antara tulisannya berjudul "Fashlb al-Khithab".
  2. Pemimpin lainnya adalah Muhammad Ali dan Khaujah Kamaluddin. Amir Ahmadiyah di Labor. Keduanya adalah corong/ahli debat kelompok Ahmadiyah.Muhammad Ali telah menulis terjemah al-Qur'an dengan perubahan transkripnya ke dalam bahasa Inggris. Tulisannya yang lain, "Haqiqat al-Ikhtilaf an-Nubuwwah fi al-Islam" dan "ad-Din al-Islami".Khaujah Kamaluddin menulis kitab yang berjudul "Matsal al-A`la fi al-Anbiya"' serta kitab-kitab lain.Jamaah Ahmadiyah Lahor ini berpandangan bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah seorang mujadid. Tetapi yang berpandangan seperti ini dan yang tidak, mereka sama saja saling mengadopsi satu sama lain.
  3. Muhammad Shadiq, mufti kelompok Ahmadiyah. Di antara tulisannya berjudul, "Khatam an-Nabiyyin".
  4. Basyir Ahmad bin Ghulam, pemimpin pengganti kedua setelah Mirza Ghulam Ahmad. Di antara tulisannya berjudul "Anwar al-Khilafah", "Tuhfat al-Muluk", "Haqiqat an-Nubuwwah"
  5. Dzhafrilah Khan, menteri luar negeri Pakistan. Dia memiliki andil besar dalam menolong kelompok sesat ini, dengan memberikan tempat luas di daerah Punjab sebagai markas besar Ahmadiyah sedunia, dengan nama Robwah Isti'aroh (tanah tinggi yang datar) yang diadobsi dari ayat al-Qur'an: "Dan Kami melindungi mereka di suatu Robwah Istiaroh (tanah tinggi yang datar) yang banyak terdapatpadang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. " (Q.S. al-Mukminun:50)

Kesimpulan
Ahmadiyah adalah kelompok sesat yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Aqidah (keyakinan) mereka berbeda dengan keyakinan agama Islam dalam segala hal. Kaum muslimin perlu diperingatkan atas aktifitas mereka, setelah para ulama Islam memfatwakan bahwa kelompok ini kufur.
Maraji`:
  1. Al-Mausu'ahal Muyassarahfial Adyan wa al-Madzahib wa al-Ahzab al-Mu'ashirah, oleh Dr. Mani' Ibnu Hammad al-Jahani.
  2. Tabshir al Adyan bi ba di al-Madzahib wa al Adyan, oleh Muhammad as-Sabi'i

Wallahu a'lamu
[ Disusun dan dialihbahasakan oleh Abu Asiah ]
Dicopy dari: Majalah Fatawa. Vol.06.ThII.1425H.2004M
________________________________________

1Rasulullah SAW mengabarkan bahwa di akhir zaman nanti -sebelum terjadinya kiamat- Allah SWT akan mengutus al-Masih (Nabi Isa) ke bumi untuk memerangi Dajjal. Mirza Ghulam tanpa rasa malu mengklaim bahwa dirinyalah Nabi Isa yang ditunggu kedatangannya itu. Bukan hanya itu, dia juga mengaku sebagai Imam Mahdi.

Baca terus ...

Populer